Lihat ke Halaman Asli

Sri Rumani

TERVERIFIKASI

Pustakawan

Mengapa Pengunjung Candi Borobudur "Wajib" Lewat Labirin Kios Pedagang?

Diperbarui: 30 Maret 2019   14:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber:Borobudur Temple, Indonesia © Xiquinho Silva/Flickr

Candi Borobudur sebagai salah satu keajaiban dunia dan sudah ditetapkan oleh UNESCO sebagai warisan budaya. Bangga Indonesia patut bangga, mempunyai karya monumental peradaban manusia abad ke-7 Masehi (780-840 Masehi), yang dikagumi ilmuwan dan wisatawan. Karya peninggalan dinasti Syailendra ini menjadi tempat suci pemeluk agama Budha. 

Secara geografis Candi Borobudur terletak di daerah Magelang Jawa Tengah. Namun awam sering salah kaprah menyebut Borobudur terletak di Daerah Istimewa Yogyakarta. Sekali lagi yang benar masuk wilayah Magelang Jawa Tengah, sekitar 50 km dari Yogyakarta, dapat ditempuh dalam waktu 1 jam bila arus kalu lintas lancar.

Sebagai destinasi wisata candi dan sejarah sangat ramai di musim liburan dan setiap hari para turis mancanegara sangat tertaik dengan hasil karya manusia yang luar biasa pada masa itu. 

Bila akan menikmati karya peradaban manusia yang tinggi, dikenakan biaya untuk tiket masuk ke area candi Borobudur, dibedakan untuk turis lokal dan mancanegara serta kategori usia. Untuk turis lokal usia 10 tahun keatas Rp 40.000,- per orang, usia 3 sampai 10 tahun sebesar  Rp 20.000,- per anak. 

Sedang untuk turis asing, usia 10 tahun keatas Rp 60.000,- (termasuk paket candi Pawon dan Mendut), usia 3 sampai 10 tahun Rp 30.000,-. Tiket sunrise Candi Borobudur anak Rp 162.500,-, dewasa Rp 325.000,- (termasuk minum dan snack). Tiket ini dapat dibeli di hotel Manohara yang berada di dekat Komplek candi, mulai pukul 04.30 WIB. Jam buka di Candi Borobudur Sunrise pukul 04.30 -- 18.00 WIB, Borobudur Pass 06.00 -- 17.00 WIB, Borobudur Sunset 05.00 -- 18.30 WIB.

Banyak terjadi perubahan setelah 10 tahun tidak berkunjung ke Candi Borobudur, diantaranya hanya pengunjung yang memakai rok mini dan celana pendek wajib mengenakan sarung motif batik yang disediakan pengelola secara gratis, mengingat Candi sebagai tempat ibadah umat Budha. Ada penyewaan stroller dengan tarif Rp 40.000,- - Rp 50.000,- bagi yang membawa anak dibawah 5 (lima) tahun. Sebelum masuk Candi dapat berkeliling dengan menyewa dokar, kereta mini atau kereta listrik. Ada jalan khusus bagi yang membawa stroller, yang dapat dititipkan gratis ketika naik ke Candi. Pedagang asongan di tempatkan dalam satu lokasi, di luar area komplek Candi sehingga tidak mengganggu ketika pengunjung menikmati suasana di Candi Borobudur.

Namun hal sangat membuat pengunjung menjadi tidak nyaman karena bagi yang tidak mempunyai minat untuk membeli souvenir tetap diwajibkan melewati area tersebut. Pengunjung tidak mempunyai pilihan jalan lain setelah keluar dari pintu gerbang, suka tidak suka tetap harus melewati kios-kios pedagang yang dibuat berkelok-kelok, mengelilingi semua kios yang ada di lokasi tersebut, karena itulah satu-satunya pintu keluar menuju tempat parkir. Maksud pengelola agar para pedagang terpusat dalam satu tempat, dan pengunjung dapat membeli souvenir sambil pulang. Namun hal ini justru mengurangi kemerdekaan pengunjung yang kepingin langsung ke parkiran.

Tidak terbayangkan ketika pengunjung rombongan banyak,  yang harus melewati jalan labirin, sempit, tidak rata, dan mendengarkan suara para pedagang yang menawarkan dagangannya bersaut-sautan. Suasana semakin panas dan macet karena jalan itu menjadi jalan utama pengunjung untuk keluar area Candi. 

Kemacetan terjadi ketika pengunjung melihat-lihat barang dagangan, melakukan transaksi, pasti berhenti, sehingga menganggu laju perjalanan pengunjung lain yang tidak ingin membeli. Artinya pengunjung yang membeli maupun yang tidak membeli sama-sama terganggu karena jalan antara kios terlalu dekat, yang sebenarnya juga sama-sama rugi antara pedagang dan pengunjung. Kondisi ini bila hujan semakin merepotkan pengunjung karena sudah membawa payung pun masih basah kena air hujan dari teritisan kios-kios yang letaknya terlalu dekat.

Kondisi semakin tidak nyaman ketika turun hujan, sekalipun membawa payung karena kena guyuran air dari teritisan kios-kios pedagang. Jadi jalur labirin ini semakin menambah pengunjung Candi Borobudur benar-benar melakukan olah raga jalan kaki, karena tidak ada pilihan lain. 

Semakin repot kalau membawa anak kecil dibawah lima tahun, apalagi dengan stroller jalan tanah yang tidak rata. Sungguh sangat menguras energi dan rasa. Apalagi tiap belokan selalu ada petunjuk jalan keluar/exit tetapi tidak juga sampai tempat parkir. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline