Lihat ke Halaman Asli

Sri Rumani

TERVERIFIKASI

Pustakawan

"Merasa" Tertinggal dengan Generasi Milenial

Diperbarui: 9 Januari 2019   09:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perkembangan teknologi informasi (TI) dan komunikasi sangat cepat berdampak pada kehidupan sehari-hari dari yang konvensional, manual, ada tatap muka (face to face), humanis, beralih dengan mesin, program, layar sentuh (touch screen). Untuk antri di bank, tinggal pilih dan pencet di layar monitor apa tujuannya (teller, custumer service), nunggu panggilan sambil duduk di kursi di ruangan yang ber AC, nonton berita di TV, kadang ada minuman dan camilan. Pelayanan sangat cepat karena counter yang dibuka banyak, dan disambut dengan hormat oleh pegawai bank yang ramah, sopan, cantik, serta siap membantu. Demikian juga pelayanan publik di instansi pemerintah pun sudah mulai berbenah, semuanya mengacu pada pelayanan prima yang berbasis TI dan komunikasi.

Kecanggihan TI dan komunikasi ini sangat tergantung pada sumber daya listrik dan jaringan internet, begitu ada gangguan tekanan daya atau listrik mati maka semuanya menjadi "shutdown", "off", berhenti. Namun ada yang sudah berjaga-jaga dengan mesin diesel sehingga listrik dan jaringan tetap hidup, pelayanan dapat berjalan seperti biasa. Data-data tersimpan dalam server yang berkapasitas besar, atau di "cloud computing", merupakan sarana yang dapat dimanfaatkan sebagai media penyimpanan big data. Hal ini sangat dipahami oleh generasi milenial yang menekuni bidang teknologi informasi dan komputer.

Pemanfaatan TI dan komunikasi, diakui banyak manfaatnya di bidang pendidikan, transportasi, perbankan, hankam, birokrasi, politik, ekonomi, sosial, budaya, dan hiburan. Sebagai generasi "baby bommer" , merasakan perubahan yang sangat cepat karena memanfaatkan TI dan komunikasi. Akibatnya merasa tertinggal, walau sudah berusaha maksimal untuk tidak malu bertanya kepada generasi milenial. Kata orang bijak:"malu bertanya sesat di jalan", dalam mengikuti loncatan-loncatan perubahan yang terus terjadi. Hari ini belajar, besok sudah meloncat ada hal baru karena perkembangan TI dan komunikasi, tidak step by step, linier, tetapi lari dan tidak beraturan. Intinya adanya perubahan yang cepat karena TI dan komunikasi, sebagai orang "terdampak" tinggal memilih. Tetap eksis, tetapi harus cepat menyesuaikan dengan perubahan, dan terus belajar, belajar dan belajar yang tidak mengenal waktu dan usia. Pilihan lainnya tetap diam, menghindar, atau apatis, semuanya beresiko ditinggal dan disparitas tentang pemahanan TI dan komunikasi semakin lebar.

Dalam dunia transportasi misalnya, saat ini untuk pemesanan tiket, ceck in, cukup menunjukkan smartphone. Lebih praktis dan mudah bukan ?. Tidak perlu antri lama, panjang, dan terburu-buru. Tidak mempunyai mobil/motor pribadi ketika bepergian, tinggal klik, klik aplikasi yang sudah di-download semuanya sudah tersedia, dengan bayaran tunai atau e-money. Lapar tetapi malas gerak (mager), tinggal pesan dalam tempo 15 menit datang pesanan makanan yang diinginkan. Membeli tiket commuterline tinggal masukkan uang, keluar tiket dan uang kembalian, asal maksimum uang yang dimasukkan tidak lebih dari Rp 20.000,-. Mau parkir di mall, tinggal pencet, kartu parkir diambil dan palang pintu otomatis buka sendiri tanpa petugas yang duduk disitu.

Masuk jalan tol di hampir semua pintu tol sudah tidak ada petugasnya (non tunai), tinggal nempel kartu tol yang dapat dibeli di swalayan, palang otomatis membuka. Transparan berapa biaya tol, masih ada sisa berapa rupiah di kartu e-tol. Pertanyaan yang menggelayut, kemana petugas pintu tol itu, dipindah tugaskan, ditarik dikantor atau dipaksa "resign" ?. Pastinya sudah dipikirkan oleh pihak yang berkewajiban mengaturnya. Tumbuhnya jalan tol diakui dapat memperlancar perjalanan karena bebas hambatan dan jalannya rata, mulus, namun tetap harus hati-hati dalam memacu gas supaya perjalanan lancar, selamat sampai tujuan.

Jadi bukan hal aneh kalau saat ini bepergian kemana-mana tanpa perlu membawa dompet, karena sudah ada "dompet digital". Cukup membawa smarphone semua transaksi dapat dilakukan dengan "e-banking", dengan fitur yang lengkap tinggal memilih apa yang diinginkan. Semua mempermudah transaksi perbankan tanpa harus pergi dan antri ke bank. Kemudahan dan kepraktisan ini lebih dimanfaatkan oleh para generasi milenial. Sedang generasi baby bommer yang biasanya gagap teknologi (gaptek), masih ada rasa "khawatir dan takut" memanfaatkannya dengan berbagai alasan, misalnya lebih nyaman langsung datang ke bank.

Walaupun diakui ada yang sangat familiar menikmati kemudahan dan kepraktisan transaksi melalui e-banking. Bahkan membuka e-cash saja karena ada ketentuan dari Kompasiana untuk membuatnya, mengingat karena K-Reward hanya dikirim melalui e-cash. Disinilah semakin "merasa" ketinggalan dengan generasi milenial dalam memanfaatkan TI dan komunikasi untuk mempermudah ruang gerak dan kegiatannya dalam berbagai transaksi melalui e-banking.

 Yogyakarta, 8 Januari 2019 Pukul 22.54

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline