Lihat ke Halaman Asli

Sri Rumani

TERVERIFIKASI

Pustakawan

Tahun 2019 sebagai Tahun Politik, Apa Harapannya?

Diperbarui: 4 Januari 2019   15:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kemarin adalah kenangan, saat ini kenyataan, dan  esok hari sebagai harapan, demikian kehidupan yang dijalani oleh setiap insan ciptaanNya. Kenangan indah,menyedihkan, menegangkan, tawa, tangis, telah memberi warna kehidupan, dapat menambah segudang pengalaman yang dapat memberi inspirasi, semangat, motivasi bagi orang lain yang "merasa" memerlukan.

Acap kali roda kehidupan orang-orang disekitar kita yang kadang dibawah, kadang diatas menjadi referensi yang sangat berharga bagi kehidupan kita selanjutnya. Kalau kita amati ada orang dengan sikap dan perilaku yang mungkin bagi awam "aneh" dan "nyleneh", tetapi tidak bagi yang mengalami sendiri karena berbagai alasan yang melatarbelakangi.

Ada orang yang sangat "ambisius" bahkan menjurus ke "nafsu" untuk mendapatkan harta benda, kekuasaan dan pengaruh, sehingga jalan apapun ditempuh. Tidak pernah berpikir apakah tindakan, ucapan,sikap dan perilakunya menyakiti atau merugikan orang lain, asal tujuan pribadinya terpenuhi. Menginjak yang dibawah, menyikut kanan kiri, dan menjilat atasan sudah menjadi kebiasaan yang sering dilakukan untuk menjatuhkan lawan dan kawan yang "dianggap" menganggu sepak terjangnya.

Strateginya dilakukan secara kasar, nyata mudah dilihat sampai yang halus dan kasat mata, tetapi merugikan dan menyengsarakan.\

Di lingkungan perkantoran orang-orang dengan tipe ini selalu ada, yang membuat orang tidak nyaman untuk bekerja. Kalau diberi kekuasaan dan kepercayaan sewenang-wenang, adigang, adigung dan adiguna, serta tidak amanah.

Tahun 2019 yang sering dikenal sebagai tahun politik, sebagai orang awam hanya bisa berharap acara pileg dan pilpres pada tanggal 17 April dapat berjalan lancar, aman, damai, sehingga tercipta  kerukunan dan saling toleran.

Perbedaan pendapat adalah jamak dalam berdemokrasi yang berdasar Pancasila dan UUD 1945, lebih mengutamakan musyawarah untuk mufakat daripada terpecah dan terbelah. Berargumen dengan logika yang sesuai dengan norma-norma agama, etika, kebiasaan, dan hukum, tidak saling menghujat, mempropokasi, melukai, membenci dan mendedam.

Apapun hasilnya pileg dan pilpres adalah kemenangan bangsa Indonesia. Bukan sekedar kemenangan kelompok, golongan, suku, ras, agama, dan partai politik tertentu.

Hal ini agar tetap terjaga stabilitas politik, ekonomi, sosial budaya, yang tetap menjalin kerukunan, persatuan dan kesatuan karena merasa sebangsa, setanah air dan sebahasa Indonesia.

Masa-masa kampanye menjadi ajang tepat untuk adu program genius para kandidat dengan tujuan untuk mensejahterakan rakyat. Bukan sekedar debat kusir yang isinya justru semakin menjauhkan rakyat dengan para calon pimpinan dan wakilnya.

Kemerdekaan yang telah dinikmati selama 73 tahun lebih adalah perjuangan para pahlawan yang pantang menyerah berkorban tanpa pamrih, dan tidak pernah menikmati kemerdekaan itu sendiri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline