Tidak terasa, waktu terus berjalan bagaikan anak panah yang lepas dari busurnya, tidak dapat ditarik kembali. Tidak pernah terbayangkan dapat bergabung lagi dengan Kompasiana setelah tidak aktif selama 7 (tujuh) tahun). Berlabuh di Kompasiana, sebagai keluarga baru yang sudah dikenalnya dan bergabung secara "de jure" sejak tanggal 30 Maret 2010. Namun secara "defacto", baru aktif sejak tanggal 21 Februari 2017.
Dalam kurun waktu 9 (sembilan) bulan secara aktif di blog Kompasiana banyak pengalaman yang didapatkan. Menemukan keluarga baru di Kompasiana, sungguh menyenangkan, dengan tangan terbuka diterima sebagai warga baru.
Walaupun belum pernah ketemu lewat kopi darat, hubungan kekerabatan, kekeluargaan itu sangat terasa sampai relung hati. Merasa mempunyai saudara yang banyak tersebar dari Sabang sampai Merauke, bahkan Australia. Kehangatan dan penerimaan yang tulus ikhlas tanpa tendensi kepentingan menjadikan Kompasiana sebagai keluarga idaman.
Kompasiana sebagai blog "kroyokan" dalam usia yang ke-10 ini telah menghasilkan 1.611.700 artikel, sungguh sebagai kekayaan intelektual yang tiada bandingannya. Mereka dengan senang hati berbagi melalui tulisan yang ditayangkan setiap hari. Bahkan seharinya ada yang menulis sampai 3 (tiga) karya tulis, sehingga semakin menambah "gairah" literasi di Indonesia, yang sering dikatakan budaya literasi masih rendah.
Kumpulan artikel yang ditulis oleh para Kompasianer menjadi energi positif untuk menambah pengetahuan dan wawasan. Serasa berada di perpustakaan umum yang menyediakan pengetahuan lengkap. Kategori yang tersaji dalam Kompasiana adalah ekonomi, fiksiana, gaya hidup, hiburan, humaniora, kotak suara, olah raga, politik, teknologi, video, dan wisata. Inilah yang disebut sebagai koleksi digital, yang disediakan oleh Kompasiana, dapat diakses kapan dan dimanapun.
Masyarakat awam dapat mengakses melalui www.google.com, tulis nama penulis (kalau) sudah kenal, kemudian "klik", maka semua tulisan dengan nama tersebut akan muncul. Atau langsung masuk www.kompasiana.com, mencari kata kunci tulisan
Hebatnya lagi para Kompasianer itu menuangkan ide, gagasan, pikiran tanpa mendapat "honor" sebagai apresiasi jerih payahnya. Jadi jangan pernah berharap untuk mendapatkan honor ketika menayangkan tulisan, karena nanti kecewa. Lebih baik menulis dengan ikhlas dan penuh semangat. Walaupun diakui ada progam periode K-Reward yang digelar setiap bulan, sejak bulan Agustus 2018 dengan menulis selama kurun waktu satu (1) bulan bila telah mendapatkan pembaca sebanyak 3.000 orang (sebelumnya 5.000 orang).
Besarnya K-Reward bulan Agustus 2018 tertinggi sebesar Rp 2..272.080,- terendah Rp 54.540,- yang mendapat sebanyak 56 kompasianer. Menurut editor:"Total views dihitung dengan validasi Google Analytics (pageviews), mulai tanggal 1 sampai 31 Agustus 2018, yang diakumulasi dari artikel yang ditayangkan. Selain itu Editor Kompasiana juga menjanjikan "ada penyesuaian pendapatan yang lebih menggiurkan".
Selain itu bila tulisannya menurut editor "layak" tayang dapat masuk kriteria "pilihan editor"(headline) dan atau "highlight", tidak ada nilai rupiahnya. Menulis itu menyenangkan kalau sudah ditayangkan, dibaca orang banyak, mendapat predikat tulisan terpopuler, topik pilahan, nilai tertinggi, menjadi penyemangat untuk terus menulis.
Walaupun sering ada pertanyaan:"Sekarang kegiatannyai apa setelah pensiun?", Ketika dijawab:"Menulis di blog Kompasiana", spontan mendapat pujian (bukan GR), "hebat", apalagi dengan menyebut jumlah tulisan yang ditayangkan. Mereka "berprasangka baik", para Kompasianer itu mendapat honor setiap tulisannya ditayangkan di Kompasiana, seperti artikel yang dimuat di kolom opini media cetak.
Berkali-kali harus menjelaskan tentang Kompasiana, dan selalu harus ada pertanyaan lanjutan:"Tidak dibayar, kenapa mau menulis?". Jawabnya selalu konsisten:"Karena senang menulis". Pertanyaan pun berhenti sampai disini. Hal yang menarik setiap kali menyebut Kompasiana selalu bertanya, apa itu Kompasiana ?. Harus menjelaskan, karena di benak penanya anggapannya Kompas.