Lihat ke Halaman Asli

Sri Rumani

TERVERIFIKASI

Pustakawan

Sudahkah Pustakawan Menerapkan Budaya Baca dan Tulis?

Diperbarui: 15 Oktober 2018   05:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: jadiBerita.com

Dalam Kongres Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) ke-XIV di Surabaya pada tanggal 9 - 12 Oktober 2018, Ketua IPI Pusat Dedi Junaedi mengatakan bahwa:"tingkat literasi masyarakat Indonesia tergolong rendah, hanya 1 orang dari 1000 orang yang membaca". Selanjutnya dkatakan:"Keberadaan perpustakaan yang dikelola oleh pustakawan yang kreatif diyakini dapat meningkatkan ketertarikan masyarakat untuk membaca, sekaligus membenahi tingkat literasi.

Di Indonesia ada  251.428 perpustakaan, namun paradigma tentang perpustakaan harus diubah, bukan sekedar tempat membaca, melainkan tempat berkegiatan yang menunjang pemahaman sampai keterampilan hidup"  (Kompas, 10/10/2018).

Berdasarkan pernyataan Ketua IPI tersebut ditekankan bahwa pustakawan kreatif yang selalu mempunyai terobosan mempunyai peran yang sangat penting untuk meningkatkan budaya baca. 

Pernyataan ini memang benar dan sudah terbukti di Finlandia sebagai negara dengan tingkat literasi nomor satu di dunia. Salah satu penyebabnya karena perpustakaan ada dimana-mana (mall, stasiun, bandara, tempat umum), sehingga tidak ada alasan untuk tidak membaca. 

Selain itu pustakawan yang simpatik, ramah, siap untuk menjawab pertanyaan dari pengunjung menjadi daya tarik yang tidak terbantahkan. Artinya pustakawan itu sebelum berperan memberi literasi harus mempunyai literasi terlebih dahulu.  

Aneh rasanya kalau masyarakat harus mempunyai literasi tinggi tidak ada bimbingan, arahan, dari pustakawan, selain orang tua, guru, dan tokoh masyarakat yang memberi contoh.

Kalau saat ini hampir semua orang sepakat generasi milenial identik dengan generasi "merunduk", yang selalu melihat gadget daripada lingkungan sekelilingnya. Bahkan ketika diajak bicara dengan orang yang lebih tua sekalipun, sikapnya tidak sopan, tidak menatap dan atau beradu mata dengan lawan bicara. 

Hal ini karena terlalu asyiknya untuk melihat layar gadget, bahkan sambil tersenyum sendiri tanpa menghiraukan dan tidak konsentrasi dengan pembicaraan lawan bicara yang ada di depannya. Lawan bicara harus mengulang-ulang perkataan, karena tidak ada perhatian, konsentrasi dan jari-jari asyik memainkan keyboard gadget. Apa yang anda lakukan bila menghadapi hal ini?

Diam dan menutup pembicaraan dengan rasa jengkel, atau langsung pergi begitu saja dan memaklumi, atau menegur secara langsung ?. Sebagai orang yang masih mempunyai etika dan perasaan, pilihan yang diambil lebih baik diam dan menutup pembicaraan. Tidak perlu jengkel karena nanti menjadi penyakit hati, yang dapat menjadi penyakit beneran.

Kembali masalah budaya baca dan tulis pustakawan, yang sangat diyakini dapat meningkatkan literasi di Indonesia. Jumlah pustakawan berstatus PNS dan non PNS di Indonesia per Oktober 2018 ada 3.509 orang (http://pustakawan.perpusnas.go.id/). 

Apakah dari jumlah ini sudah mempunyai literasi yang tinggi ?. Belum ada penelitian secara ilmiah, namun dapat "diduga" belum semua mempunyai literasi tinggi. Walau diakui sudah ada pustakawan yang mempunyai literasi tetapi belum dapat dikatakan tinggi. Buktinya setiap tahun ada lomba hibah kompetisi yang diadakan oleh Perpustakaan Nasional RI, pesertanya masih dibawah 100 orang, padahal jumlah pustakawan 3.509 orang. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline