Dalam pekan ini orang sibuk mengunjungi haji yang baru saja kembali ke tanah air, yang membawa kenangan, pengalaman, cerita selama di tanah suci Mekah dan Medinah. Di desa-desa begitu semarak antusiasme menyambut kedatangan para jamaah haji. Bahkan ada rombongan dengan 2 bis kecil (kapasitas 30 orang) dalam sehari mengunjungi di lima tempat orang yang baru pulang haji.
Tujuannya untuk mendengarkan cerita perjalanan, pengalaman selama haji, sehingga menambah wawasan dan motivasi untuk pergi haji. Topik tahun 2018 adalah menyaksikan hujan badai di padang Arafah, ketika sedang melaksanakan wukuf, sangat menakutkan dan mengerikan, karena ada tenda yang roboh, karpet beterbangan.
Walau tidak semua orang dapat mengambil makna dan hikmah dari setiap kejadian yang dialami, setidaknya semua itu bukan sekedar fenomena alam karena letak geografis padang Arafah di tanah datar yang dikelilingi bukit batu.
Semua jamaah haji yang bepakaian ihram, membalut badan dengan kain serba putih, bersih, menunjukkan kesamaan derajad manusia dihadapan Alloh, kecuali nilai ketakwaan (menjauhi larangan dan menjalankan perintahNya).
Manusia sangat lemah, tidak berdaya dihadapan Sang Khalik, walau dihadapan manusia kadang "sombong, angkuh" dengan jabatan, pangkat, kedudukan, gelar yang disandang, dan harta, kekuasaan yang dimiliki.
Para jamaah haji bukan sekedar berbagi cerita bagi para tamu yang menyambutnya, pastinya juga oleh-oleh kurma, kacang arab, coklat, dan yang paling spesial air zam-zam yang hanya ada di sekitar Masjidil Haram. Cara menghidangkankan dalam gelas kecil-kecil mengingat jatahnya hanya 5 (lima) liter setiap jamaah.
Dapat dibayangan kalau tamunya setiap hari puluhan, pasti dalam sekejap air itu sudah habis, sehingga ada yang mengoplos dengan air meneral biasa. Air zam-zam dapat terbagi rata, dan para tamu pun dengan senang hati meminumnya, yang mempunyai banyak kasiatnya karena kandungan zat fluorida terbebas dari mikroorganisme , mengandung kalsium dan magnesium (berdasarkan penelitian ilmiah para ilmuwan Arab dan Eropa).
Tahun 2018 ini didominasi oleh jamaah yang mempunyai resiko tinggi (resti) dan usia lanjut, sehingga anggota rombongan dituntut mempunyai kepedulian dan tingkat kesabaran sangat tinggi. Bisa dibayangkan bila ada jamaah yang tidak pernah bepergian jauh, naik pesawat, dan menginap di hotel dengan fasilitas modern.
Anggota yang dalam regu/rombongan yang satu kamar dituntut untuk memberi penjelasan dengan bahasa yang mudah dipahami, walaupun sudah mengikuti KBIH, dan simulasi mengenal tombol-tombol dan fungsinya.
Tetap saja di hotel, pesawat, bis ada jamaah yang "sepuh/tua", itu salah pencet. Bahkan ada jamaah yang ketika di dalam lift semua angka dipencet, heboh bukan ? Tidak pernah berpikir bahayanya kalau lift macet karena bingung mengikuti perintah naik atau turun.
Ada lagi jamaah yang membeli oleh-oleh coklat berlebihan, walau sudah diumumkan ada batasan bagasi setiap orang 30 kg, dan tentengan 7 kg. Membelikan oleh-oleh untuk keluarga dan kerabat sah-sah saja, cuma harus tetap memperhatikan aturan dan ketentuan penerbangan.