Setelah melaksanakan serangkaian ibadah haji yang sangat menguras dana, tenaga, emosi, pikiran, tibalah saatnya untuk kembali ketanah air dengan sejuta kenangan meninggalkan tanah suci.
Selama 40 hari meninggalkan Indonesia, keluarga, kerabat, urusan kantor, anak-anak, organisasi, kegiatan rutinitas, sosial kemayarakatan, bukan perkara mudah.
Bahkan sementara keluar dari group WA, tidak pasang status di FB, twitter, instagram, semata-mata agar dapat fokus, konsentrasi untuk mengikuti ritual dan prosesi haji. Ibaratnya meninggalkan urusan dunia dan mengejar urusan beribadah untuk mengikuti perintah dan menjauhi laranganNya.
Di sela-sela melaksanakan rukun, wajib dan sunah haji, waktunya dimanfaatkan untuk bermunajat, berdzikir, berdoa, membaca Al Qur'an dan terjemahannya, sholat berjamaah di Masjidil Haram, Nabawi, yang pahalanya berlipat-lipat bukan hanya 27 kali, tetapi 100.000 kali dan 1.000 kali. Selain itu hari-hari diisi dengan hal-hal yang positif, instrospeksi, berserah diri, pasrah, ikhlas, bersyukur, dan menjaga sikap, perilaku.
Selama tinggal di pemondokan, karena berkumpul selama 40 hari dapat memahami karakter, watak para jamaah satu regu, satu rombongan, yang berbeda-beda sehingga menambah wawasan dan pengalaman dalam pergaulan.
Mewujudkan sinergi, kekompakan, kerukunan, saling menolong, gotong royong, rasa toleran, asal setiap jamaah dengan "sadar" melepaskan atribut (pangkat, jabatan, kedudukan, status sosial), dan menurunkan "rasa ego", superiornya.
Apalagi semua jamaah sudah merasakan memakai baju ihram yang sama warna putih bersih, sederhana, simple (tidak berjahit) bagi laki-laki, kain putih panjang. Tidak membawa mobil mewah dan sopir pribadinya, kekayaan, rumah, deposito, perhiasan, semua berbaur melakukan thawaf, sai, wukuf di Arafah, mabit di Musdalifah dan Mina, melempar jumrah dengan jalan kaki.
Apa yang bisa disombongkan ketika jamaah hanya memakai kain selembar berwarna putih? Untuk jamaah perempuan juga memakai baju berwarna putih berjahit yang menutup auratnya kecuali muka dan telapak tangan. Tidak akan kelihatan kalaupun memakai perhiasan emas, berlian, permata, yang menyilaukan mata. Semua jamaah "merasa" mempunyai kedudukan yang sama dihadapan Allah, kecuali takwanya.
Ketika semua itu sudah dijalani dan dirasakan selama melaksanakan ibadah haji, mulai hari ini (Senin, 27 Agustus 2018) secara berangsur-angsur meninggalkan Arab Saudi menuju ke Indonesia.
Namun menjelang persiapan pulang, di sela-sela sholat wajib dan sunat di masjidil Haram dan Nabawi sangat wajar bila naluri kemanusiaannya muncul untuk memikirkan keluarga, kerabat dengan membelikan oleh-oleh (makanan, souvenir, mainan). Sah dan wajar juga melakukan aksi menghabiskan riyal pun sering terjadi, dan saling tukar uang riyal dengan rupiah diantara sesama jamaah.
Akibatnya barang bawaan over load, melebihi kapasitas yang telah ditentukan setiap jamaah 32 kg untuk bagasi dan 7 kg tas di kabin. Kalau sudah begini pihak maskapai dan bandara tidak dapat diajak kompromi, demi keselamatan penumpang, barang-barang itu harus dikurangi, dikirim dengan biaya sendiri, ditinggal atau dititipkan jamaah lain (kemungkinan sangat kecil).