Lihat ke Halaman Asli

Sri Rumani

TERVERIFIKASI

Pustakawan

Pengalaman Menulis di Media Cetak Kompas

Diperbarui: 28 Maret 2018   20:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu tentang tulis menulis tersedia di berbagai media (cetak dan elektronik), berupa buku, jurnal, majalah. Profesi (dosen, guru, jurnalis, pustakawan, dokter) sangat erat dengan dunia tulis menulis, selain untuk mendapatkan poin (angka kredit) bisa menghasilkan koin (nilai rupiah). Menulis itu bukan "hobi/bakat", namun erat kaitannya dengan kemauan (niat) yang kuat, kemampuan dan kesempatan. Siapapun bisa menulis, kecuali buta aksara, buta angka, dan buta bahasa Indonesia.

Arwendo Atmowiloto dalam bukunya berjudul:"Mengarang itu Gampang", semakin menguatkan bahwa menulis itu mudah. Kalau orang sudah menilai berkata "tidak bisa menulis", ini sudah mengeluarkan "energi negatif" untuk dirinya sendiri, padahal belum pernah mencoba menulis. Mengeluarkan ide/gagasan/pikiran dalam tulisan perlu kekuatan dan semangat untuk mewujudkan. Tidak mudah menyerah dan tidak gampang putus asa, adalah modal lainnya untuk mencoba menulis, menulis dan menulis.

Namun perlu diingat, untuk bisa menulis perlu membaca, membaca, dan membaca sebagai referensi, bukan untuk di copy paste (copas). Untuk dipahami, era digital ini tulisan asli atau hasil copas dengan mudah dapat terdeteksi sampai telihat prosentasenya. Kalau sudah lebih 20 persen berarti "patut diduga" tulisan itu bukan asli miliknya sendiri, dan bila tidak mencantumkan sumbernya disebut plagiat. Program Turnitin adalah nama dari sebuah website yaitu turnitin.com yang menyediakan fasilitas untuk mendeteksi suatu tindakan plagiasi atau plagiat terhadap suatu karya yang keaslian atau autentifikasinya harus diuji (https://www.google.co.id/).

Menulis untuk media cetak selevel Kompas dengan pembaca kelas menengah keatas, dibutuhkan modal semangat, wawasan luas, harus mengikuti berita (aktual) keterampilan menulis, kemampuan analisis, daya juang tinggi. Kesempatan, kemampuan, dan kemauan baru menjadi modal dasar, masih perlu tambahan modal pengetahuan luas, dengan membaca, sepanjang hayat. Perlu daya juang tinggi mempunyai makna tidak mudah menyerah dan putus asa ketika sudah menulis, mengirim, dan dikembalikan. Model kompas mengembalikan tulisan yang bahasa lugasnya tidak "layak muat", namun Kompas dengan bahasa halus "tidak ada tempat untuk memuatnya".

Waktu itu (tahun 1990 an) belum ada surat elektronik (surel), kalau kirim naskah ke Redaksi Kompas di Jalan Palmerah Selatan Nomor 26-28 Jakarta 10270, dikirim melalui kantor pos dengan perangko kilat khusus. Setelah dibaca redaksi opini dan tidak masuk kriteria untuk layak muat, biasanya langsung dikirim kembali ke alamat pengirim, disertai alasan tidak dimuat. Jadi para penulis kalau sudah mendapat pemberitahuan dari Redaksi artikel tidak dimuat dapat dikirimkan ke media lain.

Namun bila penulis belum dapat balasan dari Redaksi, harus tetap menunggu (pasti ada pemberitahuan dari Redaksi). Hal ini dimaksudkan supaya penulis tidak mengirim ke redaksi lain, sehingga pemuatan ganda artikel dapat dihindari. Namun bila artikel dikembalikan oleh Redaksi Opini, penulis berhak mengirimkan ke media lain. Tentunya harus menyesuaikan syarat pemuatan, mengingat setiap media mempunyai aturan main yang berbeda, khususnya jumlah kata atau karakter huruf. Selain itu penulis perlu memperhatikan visi, misi dari media cetak tersebut.

Baca Juga:Kompasiana Sebagai Wadah Untuk Penulis Pemula

Dalam hal tulis-menulis dimanapun para penulis wajib memperhatikan "etika kepenulisan", kalau ada data, informasi, ide, gagasan, bukan miliknya sendiri secara jujur disebut sumber referensi. Tidak boleh seenaknya diakui sebagi idenya, supaya terhindar dari sebutan "plagiat". Sesuai Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.17 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi, plagiat adalah:"perbuatan secara sengaja/tidak dalam memperoleh kredit/nilai untuk suatu karya ilmiah, dengan mengutip sebagian/seluruh karya ilmiah dan/atau pihak lain yang diakui sebagai karya ilmiahnya, tanpa menyebut sumber secara tepat dan memadai".

Ada juga istilah auto plagiat/selft plagiarism adalah memuat karya sendiri yang sama persis di 2 (dua) atau lebih media berbeda. Auto plagiarism bisa dilakukan tanpa sengaja, misalnya karena mengirim tulisan ke satu media tetapi belum dimuat dalam jangka waktu lama dan tanpa pemberitahuan, kemudian mengirim ke media lain (https://www.google.co.id).

Menulis di media massa cetak seperti Kompas, diakui membutuhkan perjuangan berat, semangat tinggi, dan "tahan uji/banting", tidak boleh mengenal putus asa. Namun semua itu terbayar dengan rasa bangga, puas, senang bila artikelnya dimuat di kolom opini, sungguh nikmat manalagi yang didustakan ?. Selain itu "reward" yang diberikan sepadan dengan perjuangan kerja keras dan kerja cerdas.

Pada tahun 1998 saja untuk tulisan yang dimuat di kolom opini Kompas paling bawah honor yang didapat lebih besar dari gaji PNS golongan III/b. Apalagi yang dimuat di kolom opini paling atas di halaman 6. Untuk tulisan seperti itu, siapapun mempunyai kesempatan yang sama, masalahnya "nama besar, poitikus kesohor, institusi terkenal, gelar akademik tertinggi", yang sering menjadi "pesaing" bagi para penulis pemula. Kompas memang memerlukan analisis tajam, terpercaya, obyektif, dan universal.

Yogyakarta, 28 Maret 2018 pukul 15.27




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline