Lihat ke Halaman Asli

Sri Rohmatiah Djalil

TERVERIFIKASI

Wiraswasta

Makanan dalam Tradisi Pengangkat Kerja di Kampung

Diperbarui: 12 November 2024   20:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sajian saat tasyakuran pengangkat kerja. Foto dokpri/Sri RD

Saya yakin setiap orang ingin mendapat pekerjaan yang layak, gaji besar. Akan tetapi tidak semua orang mendapatkannya.

Jika terkabul mendapat pekerjaan, meski tidak sesuai dengan mimpi, pastinya senang. Itu harus disambut dengan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Bersyukur karena memperoleh penghasilan, kebutuhan keluarga tercukupi.

Nah di kampung tempat tinggal saya, ada tradisi jika anggota keluarga mendapat pekerjaan. Tradisi tersebut sebagai ungkapan rasa syukur. Mungkin di kampung lain juga sama terutama wilayah Jawa Timur. 

Bagi saya itu hal baru karena di tempat tinggal saya dulu, Majalengka tidak mengenal tradisi itu. Kita dapat pekerjaan ya kerja saja. Rasa syukur diungkapkan dalam bentuk ucapan dan sikap semangat kerja atau lainnya.

Tradisi Pengangkat Kerja

Suatu hari saya mendapat hantaran nasi uraban lengkap lauknya telur rebus.

"Acara nopo, Mbak?" Begitu pertanyaan jika ada hantaran makanan. 

"Pengangkat kerja, suamiku mulai masuk benjing." 

"Matur suwun, sukses, lancar nggih."

Tradisi mengantar makanan kepada tetangga karena salah seorang anggota keluarga memulai pekerjaan, sudah umum di kampung saya. Namun, seringnya dilakukan oleh warga yang akan bekerja di Pabrik Gula Rejo Agung (PG).

Jika kita tahu hantaran tersebut dari warga yang biasa kerja musiman di PG, pertanyaan kurang lebih seperti ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline