Lihat ke Halaman Asli

Sri Rohmatiah Djalil

TERVERIFIKASI

Wiraswasta

Sejarah Aneka Jajan Tradisional di Kampung Pecinan Madiun

Diperbarui: 22 Oktober 2024   18:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aneka jajan tradisional di Kampung Pecinan, Madiun. Foto dokpri

Banyak orang menjadikan jajan pasar tradisional sebagai teman ngopi atau ngeteh Selain rasanya yang enak, bentuknya yang unik, jenisnya pun beragam. 

Untuk mendapatkan jajan tradisional tidak sulit. Dengan mudah kita bisa menemukanya di pasar, warung dekat rumah, tepi jalan bahkan bakul keliling.

Ada yang menarik tempat jajan tradisional di Madiun. Ini bukan sekadar tempat jualan kudapan, tetapi ada histori yang masih diingat warga terutama etnis Tionghoa di Madiun. Pengungsen tempat awal mula roti dijajakan.

Foto gedung Pengungsen di Jalan Barito Madiun. Foto dari Radar Madiun (12/02/2023)

Aneka Jajan Tradisional di Pengungsen Barito Madiun

Bagi warga Madiun, Pengungsen tidak asing lagi. Tempat ini berada di Jalan Barito, Kota Madiun. Jika dari Klenteng Madiun, Jalan Cokroaminoto, kita ambil arah ke kanan menuju Jalan Agus Salim. Perempatan pertama belok ke kanan atau ke arah utara.

Jalan Barito sepintas biasa saja, sama seperti jalan lain di Kota Madiun, bersih dan luas. Akan tetapi ada beberapa bangunan yang masih kuno, bagian depan rumah banyak perlengkapan roti. 

Menurut beberapa informasi di Jalan Barito, juga ada sebuah bangunan kuno saksi sejarah etnis Tionghoa datang ke Madiun. Bangunan tersebut dinamakan Pengungsen atau pengungsian. Tidak ada keterangan jelas kapan bangunan tersebut berdiri.

Pada tahun 1835, pemerintah Kolonial Belanda mengeluarkan undang-undang yang mengatur pemukiman warga berdasarkan etnis. Kebijakan itu disebut Wijkenstelsel.

Kebijakan tersebut berisi kalau etnis Tionghoa menempati wilayah selatan alun-alun, mulai dari Jalan Haji Agus Salim, Jalan Cokroaminoto hingga Jalan Barito. Jalan Barito ini berada di antara kedua jalan tersebut sehingga sering disebut Gang Tengah. Kawasan ini juga disebut Kampung Pecinan.

Etnis Tionghoa yang sebagian besar pengusaha roti menempati bangunan Pengungsen yang membentang hingga Jalan Haji Agus Salim. Pemerintah Kolonial Belanda melarang etnis Tionghoa berbaur dengan orang pribumi. Namun, sejak Pemerintahan Soekarno mereka dapat berbaur, tetapi nama Kampung Pecinan masih melekat hingga sekarang. 

Jalan Barito dari dulu dikenal sebagai sentra produksi roti. Ada banyak aneka kue diproduksi dan dijajakan. Harga satuan kue mulai dari Rp1.500 hingga Rp2.500 Buka dari pukul 02.00 WIB kue Barito diserbu pedagang eceran

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline