Lihat ke Halaman Asli

Sri Rohmatiah Djalil

TERVERIFIKASI

Wiraswasta

Nguri-Uri Tradisi Lewat Lomba Kentongan

Diperbarui: 11 September 2024   10:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perwakilan RT 20 pada acara lomba tektur/kentongan. Foto dokumen Yuli Wantono

Perayaan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia (HUT RI) telah berlalu, tetapi beragam kemeriahan masih terasa, seperti dalam nguri-uri tradisi. Salah satunya adalah bagaimana warga desa merawat, mewariskan tradisi kentongan kepada generasi muda.

Akhir Agustus sebagai penutup perayaan, panitia HUT RI Dusun Sidorejo, Sidomulyo, Kecamatan Sawahan, Kabupaten Madiun menyelenggarakan lomba tabuh kentongan. Warga menyebutnya lomba tektur. 

Lomba Kentongan atau Tektur

Kentongan merupakan sebuah alat dari bambu berongga yang menghasilkan bunyi. Pada zaman dulu bunyi kentongan sebagai pembawa pesan bagi masyarakat. 

Misalnya pesan ketika ada orang meninggal, ronda, kerjabakti, pencurian, bencana, tanda waktu salat. Singkatnya kentongan sebagai alat komunikasi masyarakat jarak jauh. 

Bunyi kentongan beragam, berdasarkan beberapa informasi jika kentongan dipukul satu kali berturut-turut terus menerus itu tandanya ada warga yang meninggal dunia.

Jika pukulan 2-2 terus menerus dengan jeda satu ketukan tandanya ada pencurian. Jika kentongan dipukul  3-3 terus menerus dengan satu kali jeda tandanya ada kebakaran. Situasi tenang, petugas ronda tetap siaga siskamling, kentongan dipukul 1 kali selanjutnya 3 kali.

Zaman sekarang kentongan mulai ditinggalkan. Informasi kematian disampaikan melalui pengeras masjid. Infomasi lain melalui grup WhatsApp. Mengumpulkan warga untuk kerjabakti selain lewat grup juga bunyi dari pukulan tiang listrik. 

Untuk nguri-uri alat informasi ini, dusun kami mengadakan lomba pukul kentongan. Acara ini diadakan satu tahun sekali ketika HUT RI. Kegiatan ini disebut lomba tektur.

Tidak ada kejelasan mengapa lomba pukul kentongan disebut tektur. Ada kemungkinan karena bunyi yang dihasilkan suaranya tek, tek tur. Nama kentongan sendiri di Jawa disebut therthekan.

Setiap RT harus mengutus perwakilannya untuk tampil. Biasanya dari ibu-ibu 3 orang, bapak-bapak 3 orang. Pemain dari dulu selalu sama didominasi kaum sepuh. Namun berbeda dengan tahun sekarang, selain warga senior, remaja pun berperan aktif. Mereka mengikuti memainkan alat dari bambu itu dengan baik. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline