Saat lebaran, setiap daerah memiliki tradisi silaturahmi, halal bihalal dengan keluarga, tetangga. Begitu pun di desa tempat saya tinggal.
Meski tidak seramai dulu, sebagian warga yang lebih muda berkunjung kepada yang lebih tua. Rumah kerabat seperti budek, pakdek, kakak sepupu atau warga yang dituakan selalu terbuka, istilahnya open house.
Open house lebaran merupakan momen di mana tuan rumah siap menyambut tamu. Biasanya yang datang adalah kerabat, teman, sahabat, tetangga.
Untuk keluarga suami, silaturahmi setelah dilaksankan setelah salat Idulfitri di rumah anak tertua atau kakak ipar yang paling tua. Tahun-tahun sebelumnya halal bihalal dilaksanakan di rumah saya karena ibu mertua masih ada. Ini tahun pertama rumah saya sepi.
Untuk keluarga besar termasuk bulek, pakle, pakde, keponakan, cucu dari ibu mertua, halal bihalal dilaksanakan saat arisan keluarga di rumah yang mendapat arisan, waktunya hari kedua lebaran.
Sementara silaturahmi kepada tetangga dilakukan pada malam hari, setelah salat magrib hingga pukul 21.00 WIB. Tradisi ini menurut saya menyesuaikan dengan kondisi warga mayoritas sebagai petani.
Silaturahmi Lebaran di Tengah Fenomena Robohnya Tanaman Padi
Silaturahmi lebaran penting untuk mempererat kekeluargaan, pun momen yang tepat untuk saling memaafkan antar sesama.
Seperti telah disebutkan di atas silaturahmi antar tetangga di desa saya dilaksanakan pada malam hari. Siang sampai sore sebagian warga menerima tamu dari jauh, ada juga yang menutup pintu. Hal ini mungkin mereka pergi mengunjungi kerabat yang jauh atau bekerja di sawah.
Lebaran ke sawah?