Lihat ke Halaman Asli

Sri Rohmatiah Djalil

TERVERIFIKASI

Ibu rumah tangga suka cerita

Harga Beras Melambung, Haruskah Stop Prasmanan Saat Hajatan?

Diperbarui: 1 Oktober 2023   07:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

  Ilustrasi harga beras naik, foto dari Shutterstock/Jaded Art melalui Kompas.com

Harga beras di berbagai wilayah terus melambung, hingga mencapai Rp13.000 per kilogramnya. Hal ini memicu aksi demo para buruh di Jakarta. Mereka meminta pemerintah menurunkan harga beras.

Bisa dipahami jika warga merasa keberatan dengan harga beras, karena itu makanan yang harus ada setiap hari, tidak bisa diganti dengan makanan lain. Ada istilah jika belum makan nasi, belum makan, walaupun sudah makan ketela, roti, mie.

Saya menilai kenaikan harga beras sudah menjadi pola. Setiap pertengahan musim tanam ketiga harga gabah naik, beras pun ikut naik. 

Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah, mulai dari Bansos, operasi pasar. Namun, harga terus naik, karena gabah di petani juga tinggi hingga mencapai Rp8.000 per kilogramnya. Permasalahannya di tingkat petani gabah kering kosong. Bahkan gudang padi di belakang rumah pun sudah lama isinya tikus kelaparan. Selengkapnya bisa simak di sini.  

Kenaikan harga beras di Kota Madiun mendapat perhatian dari Wali Kota, sering disapa Pak Maidi. Dia menghimbau masyarakat yang mengadakan hajatan, baik pernikahan atau khitanan tidak menyiapkan prasmanan, gantinya nasi kotak dan dibawa pulang seperti saat PPKM.  

Nasi tersebut menurut orang nomor satu di Kota Madiun, bisa dimakan satu keluarga di rumah. Itu bisa menghemat beras. 

Harga Beras Melonjak, Stop Budaya Prasmanan Saat Hajatan

Himbauan Wali Kota Madiun kepada warganya yang melaksanakan hajatan untuk tidak prasmanan, apakah ketika harga beras naik saja? Kejelasannya saya kurang paham.  

Saya ingin membandingkan dengan tradisi desa di mana saya tinggal. Secara administrasi, kampung saya masuk wilayah Kabupaten Madiun. Berdasarkan jaraknya, lebih dekat ke pusat kota dari pada ke kabupaten yang ada di Caruban.

Walaupun dekat dengan kota, banyak tradisi yang masih kami lestarikan, salah satunya adalah berkatan saat hadiri undangan pernikahan. 

Berkatan ini adalah nasi dan lauknya yang dibungkus kertas untuk isi tas gawan. Istilahnya ucapan terima kasih dari pemangku hajat kepada tamu yang telah hadir di acara hajatan itu. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline