"Eeeh ... Mas, Mba, sini ...!"
Tiba-tiba dari arah utara, tepatnya seberang jalan, seorang ibu teriak sambil melambaikan tangan.
Suami yang mengendarai kendaraan dengan kecepatan rendah dan posisi kaca terbuka, malah menancap gas. Saya melirik ke arah suara, merasa kalau teriakan itu tertuju kepada kami.
"Itu Bu Gendut, mundur, mundur!" Suami pun menghentikan kendaraannya.
"Lha ko berhenti, mundur sedikit!" Kembali saya memberi perintah so heboh gitu. Akibat kehebohan saya, suami jadi panik dan hampir menabrak motor ketika memundurkan kendaraannya.
Bagaimana saya tidak heboh, hampir dua tahun setelah pasar kembang pindah tidak bertemu si penjual kembang, kami memanggilnya Bu Gendut.
Pasar Bunga Stadion Willis (Lama) Tinggal Kenangan
Bagi warga Kota Madiun dan sekitarnya, Pasar Bunga yang dulunya berada di kawasan Stadion Willis tidak asing lagi. Aneka jenis tanaman hias dijual dengan harga yang cukup terjangkau. Setiap kali saya ke pasar tersebut, selalu ramai pengunjung, terutama sore hari.
Enaknya jika ke Pasar Bunga dengan mengendarai motor agar bisa masuk ke area pasar. Jika mengendarai mobil, langka sekali bisa masuk leluasa. Dengan jalan yang tidak terlalu lebar, beca, kendaraan yang kirim bunga, motor sering terparkir, pengunjung pun harus jalan kaki.
Jalan kaki menikmati indahnya aneka bunga tak terasa capek walaupun jaraknya sekitar 600 meter. Malasnya jika dapat bunga yang disukai, kita harus tenteng bunga tersebut ke mobil.