Seperti yang pernah saya sampaikan sebelumnya, masyarakat di desa tempat saya tinggal mayoritas adalah petani. Dengan pekerjaan tersebut, terkadang tidak terpikirkan untuk liburan.
Diam di rumah saat musim tanam selesai akan lebih baik untuk mengembalikan stamina. Namun, tidak selamanya demikian, mereka pun sebenarnya merindukan liburan, terlebih setelah Pandemi.
Liburan ala-ala ibu tani sangat berbeda dengan pegawai kantoran, ibu sosialita. Kami menikmati liburan sederhana saja, yang penting bahagia.
Berikut tempat wisata yang sering menjadi jujugan kami sebagai petani.
1. Pasar Tradisional
Teman-teman pasti heran kenapa pasar tradisional? ke pasar kan bisa sendiri naik sepeda atau motor? Benar sih, tetapi ini lain.
Saya akan mengambil contoh yang pernah dilaksanakan oleh teman, sapaannya Bu Haji. Ia mengajak pekerjanya ke pasar Barat. Jaraknya sekitar 13 km.
Paling seru adalah kendaraan yang mereka gunakan, kereta mini. Ibu-ibu bisa mengajak anak atau cucunya. Mereka makan-makan di rumah makan yang dekat dengan pasar. Setelahnya belanja keperluan masing-masing. Tentunya sesuai anggaran pribadi.
Bu Haji memfasilitasi kendaraan dan makan. Jika pekerja tidak punya uang, bisa pinjam dulu ke dia. Sistem pembayarannya, saya tidak tahu, mungkin juga dipotong saat panen raya atau mencicil dari gaji harian.