Anak cucu kita perlu tahu dan menghargai bagaimana orang tua dulu gigih mempertahankan, memperjuangkan negeri ini. Juga pandai memanfaatkan peninggalan sejarah agar bermanfaat bagi generasi selanjutnya.
Jejak sejarah yang masih nyata dan dimanfaatkan salah satunya adalah keberadaan pabrik gula di Madiun. Seperti kita ketahui, tidak semua pabrik gula masih aktif, seperti pabrik gula di Kadipaten, Majalengka.
Sejak saya masih duduk di sekolah menengah pun yakni tahun 1995, pabrik gula tersebut sudah tidak produksi. Itu artinya banyak warga yang kehilangan mata pencaharian.
Berbeda dengan di Madiun, pabrik gula yang disebut Pabrik Gula (PG) Rejo Agung bisa dikatakan pabrik gula terbesar. Pekerja pada umumnya warga sekitar termasuk dari desa tempat tinggal saya.
Tanah-tanah warga pun banyak yang ditanami tebu dengan sistem kontrak atau pemilik lahan menanam sendiri.
Sejarah Pabrik Gula Rejo Agung Madiun
PG Rejo Agung terletak tidak jauh dari rumah saya, sekitar 1 km, hanya terhalang sungai Madiun yang lebar dan satu kelurahan. Jika menggunakan kendaraan membutuhkan waktu kurang lebih 5 menit.
Secara administratif PG Rejo Agung Baru terletak di Desa Patihan, Kecamatan Mangunharjo, Kota Madiun, yang terletak pada ketinggian 67m dpl.
Menurut sumber yang saya kutip dari Zonamadiun, PG Rejo Agung merupakan pabrik gula milik swasta pertama di Madiun yang dirikan oleh perusahaan gula Tionghoa, Oei Tiong Ham Concern yang berpusat di Semarang.
Oei Tiong Ham adalah anak kedua dari Oei Tjie Sien, pemilik perusahaan NV Handel MT. Kian Gwan yang berdiri tahun 1894.