Ngabuburit sudah tidak asing lagi bagi kita, suasana ini ada saban bulan Ramadan. Di mana sebagian umat muslim menghabiskan waktu sore dengan jalan-jalan berburu takjil hingga terdengar suara bedug Magrib.
Kalau anak-anak di kampung biasanya ngabuburit diisi dengan permainan, ada juga pondok Ramadan di masjid/mushala terdekat. Sekarang kegiatan anak-anak sudah bervariasi. Ada yang ke kota bersama orang tuanya, ada juga yang main game dan masih banyak lagi kegiatan untuk mengisi waktu sore jelang berbuka puasa.
Asal-usul Ngabuburit
Kata ngabuburit berasal dari bahasa Sunda "burit" artinya sore. Ngabuburit bisa diartikan menunggu waktu sore. Ada perubahan arti dari kata dasar waktu "burit" menjadi kata kerja "menunggu waktu sore"
Mengutip dari CNN. Ketua Lembaga Budaya Sunda, Universitas Pasundan Bandung, Hawe Setiawan mengatakan bahwa ngabuburit telah menjadi tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Tak hanya urang Sunda, ngabuburit juga dilakukan oleh masyarakat dari berbagai suku.
Tradisi ngabuburit juga digunakan bukan oleh suku Sunda saja, hampir semua suku melakukan tradisi ini. Namun, tentunya dengan berbagai cara, ada yang berbelanja berburu makanan kecil atau takjil. Ada yang diisi dengan pengajian atau membaca Al-Qur'an.
Apa yang saya lakukan menjelang waktu berbuka puasa?
Setiap sore saya tidak ngabuburit dengan satu aktivitas. Sore hari selalu ada saja kegiatan yang berbeda. Mungkin karena ibu rumah tangga, tidak memiliki waktu tetap untuk mengisi ngabuburit dengan satu kegiatan.
Saya keluar sore hari jika ada keperluan saja, misalnya mendadak harus membeli obat atau harus membeli sesuatu yang penting. Jadi tidak sengaja diniatin ngabuburit karena tahu jika sore jalanan macet. Ketika terjebak macet, waktu berbuka akhirnya di jalan, shalat Magrib pun mepet sudah komat.
Seperti sore itu, karena harus membeli makanan si Ziggy (Kucing peliharaan) dan membeli martabak, pukul 16.30 saya ke kota, ternyata terjebak macet.
Sebenarnya Madiun tidak ada kata macet, hal biasa jika kereta minyak atau kereta penumpang lewat dan kendaraan lain berhenti. Namun, ketika menunggu Magrib di jalan rasanya tidak tenang, berdoa pun tidak khusyu karena ingat orang-orang yang ada di rumah.
Ini hal menyedihkan bagi saya dan tidak merekomendasikan teman-teman untuk keluar waktu surup. Kata Ibu saya pamali. Istilah pamali bisa dikaitkan dengan waktu Magrib yang pendek, sementara kita masih di perjalanan. Jika terpaksa harus keluar rumah di sore hari, usahakan sebelum Magrib sudah pulang.