"Pak, pun tumbas solar dereng, benjing kulo bajak, tirose solar langka," ujar tukang bajak yang biasa pegang mesin traktor milik kami. (Pak, sudah beli solar belum, besok saya bajak, katanya solar langka di berita)
"Lha pripun, regi Pertamax mundak, solar langka, regi gabah sih ndal ndul wae, ngene ki petani pripun?" ucap tukang bajak lagi. (Lha gimana, harga Pertamax naik, solar langka, harga gabah masih berubah, seperti ini bagaimana)
Dia terus gerutu mengenai situasi saat ini, mulai dari harga pertamax, solar, gabah, bajak. Setelah mendapat jawaban kalau solar untuk bajak sudah disiapkan di belakang, dia pun pamit pergi ke sawah.
Itu hanya percakapan sebagian kecil di pagi hari di rumah. Jika di sawah, para petani akan lebih ramai menanggapi berita terutama harga solar, gabah.
Kelangkaan Solar
Sebenarnya di Madiun tidak terjadi kelangkaan solar. Ketika saya membeli solar pada tanggal 30 Maret 2022 masih aman, harga pun tidak naik. Namun, tidak bisa dipungkiri di beberapa daerah terutama luar Pulau Jawa, solar langka.
Menurut Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati kelangkaan solar karena kuota solar bersubsidi pada 2022 sebesar 15,1 juta kiloliter, lebih kecil dibanding tahun lalu. Sementara kebutuhan solar meningkat akibat perekonomian yang kembali mulai pulih dan ada dugaan penyelewengan di lapangan. Seperti yang saya kutip dari kompas, (1/4/2022).
Kelangkaan solar di beberapa wilayah banyak berpengaruh di berbagai sektor, termasuk pertanian.
Madiun solar tersedia, tetap saja pengaruh ke mental petani, mereka panik karena 2 April 2022 mulai masa tanam kedua.
Sejak pembuatan benih, solar mulai dibutuhkan untuk bajak sawah, jika air hujan kurang, solar pun menjadi bahan bakar mesin air.
Kebutuhan solar bagi petani sangat banyak. Namun, kita tidak bisa stok solar karena ada pembatasan setiap satu kali pembelian.