Harga gabah pada bulan Maret anjlok dibandingkan pada bulan Januari. Hal ini sesuai prediksi dari Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras Indonesia (Perpadi) pada awal Januari 2022 lalu.
Naik turunnya harga gabah dari dulu sebenarnya sudah bisa diprediksi karena ada polanya. Misalnya pada musim panen, Maret, Juli harga gabah anjlok karena musim panen.
Bulan Desember dan Januari harga gabah naik karena bulan itu bukan masa tanam atau panen. Stok gabah di tingkat petani minim. Sementara kebutuhan masyarakat akan beras tiap bulannya banyak.
Menurut ketua Perpadi di laman kontan.com, Sutarto, setidaknya dibutuhkan 2,7 juta ton beras tiap bulannya untuk mencukupi kebutuhan masyarakat Indonesia.
Kurangnya produksi beras juga disebabkan beberapa daerah gagal panen karena faktor cuaca, air yang minim.
Sebenarnya musim tanam padi dalam satu tahun ada dua kali panen. Musim tanam ketiga adalah palawija. Walaupun sudah ada sebagian yang melakukan apitan (tanam ketiga bukan palawija, tetapi padi), kebutuhan beras belum tercukupi.
Alasan inilah yang harga gabah di tingkat petani tidak menentu.
Perlu diketahui juga setiap panen harga gabah tidak sama antara petani satu dengan petani lain. Sebagai contoh saya menjual gabah dihargai Rp4.550 per kilogram, petani lain dihargai rendah dengan jenis gabah yang sama.
Perbedaan harga gabah dipengaruhi beberapa faktor
1. Jenis Gabah/Padi
Ada banyak varietas benih padi di pasaran yang bisa ditanam petani, seperti, jenis INPARA, INPARI, HIPA. Jenis benih padi harus disesuaikan dengan lahan pesawahan. Di daerah saya, lahannya cocok ditanami jenis INPARI.