Lihat ke Halaman Asli

Sri Rohmatiah Djalil

TERVERIFIKASI

Wiraswasta

Penanaman dengan Sistem Terraganik di Ngrowo Bening, Manfaatkan Sampah untuk Pemupukan

Diperbarui: 18 Januari 2022   04:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Wali Kota Madiun saat demonstrasi penanaman sistem terraganik di Ngrowo Bening | Sumber Foto: Instagram Pemkot Madiun

Dewasa ini masyarakat Indonesia sudah mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat. Kita sering mengenal slogan "back to nature". Di mana animo masyarakat terhadap produk pertanian organik semakin meningkat.

Cara bercocok tanam pun sudah banyak yang beralih ke pertanian organik modern. di mana para petani menggunakan pupuk alami dari kotoran hewan atau sampah daun.  

Sebenarnya cara bercocok tanam organik sudah dilakukan para petani sejak manusia mengenal bercocok tanam. Mereka menggunakan cara tradisional dan bahan-bahan alami. 

Back to nature, tidak lepas dari peran pemerintah dalam mengenalkan pentingnya makanan tanpa bahan kimia. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut, Pemkot Madiun memajukan penanaman dengan sistem terraganik. Ngrowo Bening menjadi tempat yang cocok untuk uji penanaman dan pupuk organik.

''Prinsipnya kita terus berinovasi untuk kota kita. Apa yang sekiranya cocok dengan kondisi kota kita bisa uji cobakan dulu di sini,'' ujar  Wali Kota Madiun, Maidi. (PemkotMadiun, 14/1)

Ngrowo Bening Madiun Menjadi Tempat Pengembangan Penanaman Sistem Terraganik

Saya datang ke Ngrowo Bening pertama kali saat musim buah semangka tahun 2021. Lahan itu sangat luas berada di kawasan PDAM Madiun. Itu sebabnya wilayah ini sangat cocok dijadikan tempat pengembangan penanaman organik.

Ada banyak tanaman ditanam di Ngrowo Bening, seperti papaya, semangka, pisang, berbagai jenis bunga dan akhir ini akan mengembangkan porang. Dalam pemupukan pun menggunakan pupuk organik dari sampah.

Seperti yang dikatakan Wali Kota Madiun usai demonstrasi penanaman menggunakan sistem terraganik di Ngrowo Bening, Kamis (14/1), "Dari sampah petani itu sendiri kemudian diolah menjadi pupuk. Dengan begitu ada banyak keuntungan sekaligus,'' 

Pupuk cair yang dihasilkan di Ngrowo Bening | Foto by media  PemkotMadiun

Pembuatan pupuk dari sampah rumah tangga masyarakat dilakukan di Ngrowo Bening dan itu banyak sekali keuntungannya. Artinya sampah terolah dengan baik, tidak berserakan ke mana-mana atau tidak perlu membuangnya ke tempat pembuangan.

Bagi petani, pupuk kompos banyak manfaatnya, mereka tidak perlu pupuk kimia baik subsidi atau non subsidi. Terlebih keberadaan pupuk subsidi cukup sulit. Sedang, pupuk tanpa subsidi kelewat mahal.

"Pupuk subsidi Rp 125 ribu, tidak subsidi bisa sampai Rp 400 lebih. Tentu ini sulit bagi petani. Makanya kita coba pengolahan-pengolahan pupuk kompos ini termasuk yang cair juga untuk pertanian," jelas Wali Kota Madiun

Pembuatan pupuk di Ngrowo Bening tersebut merupakan pilot project. Jika hasilnya baik akan disebarluaskan ke masyarakat. Bahkan, wali kota berencana memberi tempat di kawasan tempat pemrosesan akhir (TPA) Winongo yang selama ini telah menghasilkan gas metal sebagai alternatif gas elpiji.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline