Lihat ke Halaman Asli

Sri Rohmatiah Djalil

TERVERIFIKASI

Wiraswasta

[VCT] Voluntary Counselling and Testing Membantu Menekan Penyebaran HIV/AIDS

Diperbarui: 13 Juni 2022   15:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi foto HIV/AIDS dari shutterstock

Saya mengenal istilah Voluntary Counselling and Testing (VCT) pada saat mengantar adik ipar berobat ke rumah sakit. Klinik dalam tempat adik berobat bersebelahan dengan klinik VCT. 

Ruang klinik VCT, pintunya tertutup terus, sepertinya tidak ada pasien yang masuk. Hal itu pula yang mendorong saya mencari tahu tentang klinik satu ini. Sembari menunggu adik selesai berobat, saya berusaha mencari tahu lewat mesin pencarian google.

Belum juga selesai tanya mbah Gugel tentang VCT, tiba-tiba dua orang keluar dari ruangan itu diikuti seorang perawat. Berarti ada pasien yang berobat, hanya mungkin penyakit yang jarang diderita orang, jadilah sepi pengunjung.

Lagi-lagi usaha saya mencari tahu klinik itu terganggu, karena adik ipar keluar dari ruang klinik dalam. Kami pun pulang setelah mengambil obat di apotik. Namun, pencarian tetap saya lakukan setibanya di rumah.

Apa itu Voluntary Counselling and Testing? 

VCT atau voluntary counselling and testing  jika dalam bahasa Indonesia adalah konseling dan tes sukarela bagi penderita HIV/AIDS. Layanan konseling ini tujuannya untuk membantu pencegahan, perawatan, dan pengobatan bagi penderita HIV/AIDS. 

Seperti kita ketahui HIV/AIDS menjadi salah satu penyakit yang sangat  mematikan. Sebelum pandemi penyakit satu ini ramai dibicarakan. Sekarang seolah-olah sudah lenyap, padahal menurut data WHO ada sekitar 35 juta orang di seluruh dunia yang menderita HIV. 

Sementara di Indonesia pada tahun 2018 diperkirakan sedikitnya 46 ribu kasus baru HIV di Indonesia. Madiun sendiri, menurut data dari Komisi Penanggulangan HIV/AIDS Daerah Kabupaten Madiun, menemukan 64 kasus bari penderita HIV/AIDS selama Januari hingga November 2021. (Antara, 4/12/2021)

Sejak 2002 hingga November disebutkan juga tercatat sebanyak 957 kasus HIV/AIDS di Kabupaten Madiun. Dalam kurun 20 tahun itu, 321 ODHA meninggal dunia, yang mayoritas penderita adalah pekerja swasta.

Dari melonjaknya kasus penderita HIV/AIDS, yang perlu dipertanyakan, kenapa keberadaan VCT sepi pengunjung. Seharusnya dengan jumlah yang semakin meningkat klinik VCT ada pengunjung. Ada tiga kemungkinan klinik VCT sepi, yang pertama mungkin orang malu untuk konsultasi, kedua tidak tahu keberadaan klinik ini,  tiga, saya tidak tahu jadwal kedatangan pasien yang datang ke klinik ini.

Jika malu atau tidak tahu keberadaan dan fungsi dari klinik VCT, seharusnya ada edukasi kepada masyarakat. VCT diperuntukkan bukan saja untuk penderita, tetapi bagi yang merasa rawan risiko, seperti pekerja sek, sering berganti pasangan, mengalami gejala-gejala yang mencurigakan, pengguna jarum suntik bergantian. Malah menurut Pusat Pengendalian  dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat, setiap orang yang berusia 13-64 tahun harus tes HIV sebagai cek kesehatan rutin.

Ilustrasi tes HIV/AIDS foto via shutterstock

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline