Orang tua, berhak mendapat rasa hormat dari anak, karena rasa hormat adalah dasar sebuah hubungan yang sehat.
Sebenarnya cara menghormati orang tua telah banyak kita pelajari di sekolah. Namun, kita masih menyaksikan anak membentak, teriak, membanting barang di depan orang tua, bahkan ada anak yang berani meludahi orang dewasa.
Pada umumnya, ketika anak-anak bertingkah tidak sopan, kita sering menganggapnya lucu, wajar. Pembiaran akhirnya dilakukan orang tua, anak pun menganggap perilakunya itu benar.
Seperti yang pernah saya saksikan, ketika berkunjung ke kerabat, anaknya yang berusia lima tahun meludahi orang dewasa. Pamannya mengatakan, "Jangan meludahi orang ya, Dek!" ibu si anak marah, tidak terima kalau balitanya ditegur.
"Biarin saja masih kecil ini, kalau sudah besar nanti berubah," kata si ibu. Bla ... bla ... panjang kali lebar membela si anak.
Jika perilaku anak sudah kasar, tidak memiliki rasa hormat, menyebalkan. Bagaimana perkembangan moral mereka di masa depan?
Jika ada pendidikan karakter yang tepat, bisa saja berubah. Namun, pendidikan karakter tidak bisa tiba-tiba, harus ada proses. Pemikiran si Ibu yang mengatakan sudah besar nanti berubah itu, saya tidak setuju.
Peran serta orang tua sangat memengaruhi, karena orang tua bertanggung jawab atas kesejahteraan, kesehatan, pendidikan, tumbuh kembang anaknya.
Bagaimana cara mengajari anak untuk hormat kepada yang lebih tua atau temannya?
Sebelum kita mendapat hormat dari anak, tanyakan pada diri sendiri, sudahkah kita menghormati anak?
Thomas Lickona, Ph.D. , seorang psikolog dan pendidik dan bapak pendidikan karakter modern" di State University of New York, Cortland, mengatakan kepada psychologytoday.com,
"Hormati anak Anda. Jika kita menginginkan rasa hormat dari anak-anak kita, kita harus memberikannya kepada mereka. Jika kita ingin mereka mengucapkan tolong dan terima kasih kepada kita, kita harus melakukan hal yang sama."
Saling adalah kunci utama untuk hubungan yang sehat. Berikut cara yang bisa kita lakukan supaya anak menghormati otoritas orang tua versi psychologytoday.com