Pulang sekolah, saya sering naik bus, karena langsung berhenti di depan rumah. Ada juga angkutan lain, tetapi dua kali ganti angkot, dan itu sangat menguras isi kantong.
Namun, dengan terpaksa saya harus pindah naik angkot, karena pernah suatu hari, ketika di halte bus banyak anak STM yang menggoda dengan sapaan salam. Saya bingung, ucapan salam dalam Islam harus dijawab, tetapi kalau disampaikan dalam bentuk godaan, enggan untuk menjawab.
Pernahkah, Anda mengalami hal serupa? Tentu sangat takut, bukan? Peristiwa di atas di sebut catcalling.
Apa itu catcalling?
Catcalling termasuk ke dalam salah satu bentuk pelecehan sek di jalan (street harassment). Pelecehan, biasanya dengan siulan keras, kedipan mata, lambaian atau komentar yang bersifat seksual.
Paling parah insiden lain yakni dengan menyembunyikan klakson mobil pada wanita yang lewat. Mereka menunjukkan gerakan vulgar, bahkan menyambar dengan tidak pantas.
Di lingkungan masyarakat, yang menjadi korban adalah wanita yang berjalan sendiri atau berkelompok khususnya remaja putri, pelakunya tentu pria.
Bagi sebagian orang tindakan ini dianggap suatu ketertarikan, memuji, tetapi, bagi sebagian lagi ini adalah hal yang mengerikan dan menimbulkan trauma. Misalnya, karena saya tidak nyaman menunggu bus di halte, saya beralih ke angkot, dan itu artinya orang tua harus mengeluarkan uang tiga kali lipat.
Apa alasan pria melakukan catcalling?
Jika terjebak dalam masalah, pelaku catcalling akan mengatakan "Iseng". Mereka berpendapat bahwa dengan komentar tak sedap terhadap wanita tidak boleh dianggap masalah besar.
Namun, mereka tidak sadar atau pura-pura tidak tahu, tindakan catcalling yang dilakukannya akan menimbulkan trauma. Para ahli pun berpendapat catcalling akan meninggalkan efek psikologis jangka panjang.
Seperti yang pernah dialami anak tetangga saya. Waktu kejadian dia masih berumur 11 tahun, saya memanggilnya Neng. Ketika pulang sekolah dengan berjalan kaki, di tengah jalan dia mengalami pelecehan oleh segerombolan pria dari dalam mobil. Si Neng mengalami trauma. Orang tuanya terpaksa memindahkan si Neng ke rumah neneknya.