Lihat ke Halaman Asli

Sri Rohmatiah Djalil

TERVERIFIKASI

Ibu rumah tangga suka cerita, Petani, Pengusaha (semua lagi diusahakan)

Tertarik Menjadi Petani Milenial? Kuasai 4 Hal Berikut!

Diperbarui: 7 November 2021   17:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mesin Kombi saat panen raya. Dokumen pribadi. Foto Yoyok

Saya tinggal di desa, pekerjaan utama sebagai petani padi. Delapan puluh persen warga, juga sebagai petani. Ada sih yang berprofesi sebagai pekerja formal. 

Pekerja formal pun, terutama warga asli desa, sebagian besar memiliki sawah, entah itu dari warisan atau beli hak milik. Seolah-olah menjadi petani adalah pekerjaan turun temurun. Sejak kecil sudah menyaksikan orang tuanya terjun ke sawah, jadi begitu anak besar, seperti ada naluri untuk terjun menjadi petani. Namun, itu dulu, ketika zaman mertua saya.

Bagaimana dengan anak milenial?

Banyak orang tua yang menghendaki anaknya bekerja kantoran, menjadi angkatan. Pekerjaan sebagai petani sepertinya sangat rendah dan dipandang sebelah mata.

Pekerjaan menjadi petani tidak dilirik anak muda sekarang. Sebagian besar dari pemuda desa banyak  yang ke kota, kuliah, ada juga yang bekerja di instansi, pabrik gula dan bekerja informal lainnya. Saya menyaksikan hanya dua atau tiga orang anak muda yang serius menjadi petani di desa.

Orang-orang istimewa ini sudah sejak lama menggeluti dunia sawah. Jangan salah, yang membuat mereka terjun ke sawah bukan karena kemiskinan. Justru karena banyaknya sawah yang ia miliki dari peninggalan orang tuanya.

Saya ambil contoh salah satu dari mereka, sebut saja Mas Roma. Sejak kuliah, dia sudah memegang bisnis padi. Saya sering menyaksikan, dia pergi ke sawah mengawasi para pekerja sambil membaca buku.

Dia belajar dunia pertanian dari ayahnya yang petani sukses. Ketika ayahnya meninggal saat Mas Roma masih kuliah dan adiknya lulus SMA. Ilmu itu sudah dikuasainya.

Selain menjadi petani milenial, Mas Roma tidak meninggalkan pendidikannya, dia terus kuliah hingga mendapat pekerjaan formal.

Saya bertanya kepada anak bungsu saya tentang cita-cita dan petani.

"De, Papah punya sawah, apa tidak mau jadi petani?"

"Tidak masalah jadi petani," jawabnya enteng.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline