Lihat ke Halaman Asli

Sri Rohmatiah Djalil

TERVERIFIKASI

Wiraswasta

Padi dari Masa ke Masa hingga Anjloknya Harga Gabah Sekarang

Diperbarui: 17 Agustus 2021   17:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Panen padi foto via kompas.com foto Aria Yusta Yuli Pradana

Hampir setiap pagi saya dan suami pergi ke sawah untuk melihat kondisi tanaman padi. Apalagi selesai tandur, tanaman padi istilahnya masih bayi, perlu perawatan. 

Tanggal merah, semua pekerja libur, jika di sawah hal tersebut tidak berlaku. Bukan berarti tidak ikut memeriahkan kemerdekaan dengan segala pernak pernik perlombaan. Justru di desa perlombaan selalu seru. Jika malam 17-an, setiap ujung desa ada namanya tirakatan dan selamatan kirim doa kepada pejuang.

Dua tahun ini pernak pernik dan ritual Agustusan tidak ada. Namun, tidak mengurangi rasa syukur kami akan kemerdekaan. Sebagai warga desa salah satu syukur kami adalah dengan menjaga kesuburan lahan pertanian.

Ilustrasi bibit padi siap ditanam (foto Sri Rohmatiah Djalil)

Menoleh kebelakang tentang pertanian di Indonesia

Pada masa penjajahan masyarakat Indonesia sudah bercocok tanam. Namun, hasil panen harus diserahkan kepada penjajah Belanda demi memenuhi kas Belanda. Kita mengenalnya dengan kerja tanam paksa.

Masyarakat Indonesia kelaparan, hingga pohon pisang pun dikonsumsi. Kondisi seperti ini dialami hingga kemerdekaan Indonesia yakni 17 Agustus 1945. Kelaparan yang terjadi di Indonesia mulai berkurang setelah ditemukannya tanaman padi "Ajaib". Usianya tiga bulan dengan hasil panen yang lebih banyak. Kita mengenalnya padi IR 5 dan IR 8. Inilah tonggak revolusi mulai tahun 1960 hingga tahun 1970.

Selanjutnya, di masa orde baru dengan anggaran APBN yang cukup besar, pemerintah Indonesia mengembangkan infrastruktur, yakni,  membangun irigasi, waduk dan bendungan, pabrik pupuk dan lembaga penelitian pangan.

Selain itu, pemerintah juga membentuk yang namanya kelompencapir sebagai media penghubung antara program pemerintah dengan petani. Program yang dijalankan seperti, kredit untuk tani, subsidi pupuk, benih dan lain-lain.

Kita pun masih ingat waktu ada program transmigrasi serta pemanfaatan lahan tidur berubah menjadi lahan pertanian. Banyak warga pulau Jawa yang transmigrasi ke luar pulau Jawa.

Program-program pemerintah yang di atas berhasil terbukti, kebutuhan pokok masyarakat terpenuhi. Walaupun kesejahteraan petani belum terangkat.

Lahan setelah dibajak siap ditanami bibit padi (Foto Sri Rohmatiah)

Baca juga Profesi perempuan di desa

Pertanian era reformasi

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline