Lihat ke Halaman Asli

Sri Rohmatiah Djalil

TERVERIFIKASI

Wiraswasta

Salam Tempel Saat Lebaran Mengajarkan Empat Hal

Diperbarui: 11 Mei 2021   20:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto anak menerima angpao| Foto; Shutttersstock via Dream.co.id

Sahabat yang berbahagia,

Alhamdulillah kita akan menghadapi bulan Syawal, bulan yang sangat istimewa bagi umat muslim. Setelah satu bulan menjalankan puasa. Tanggal 1 Syawal adalah hari perayaan Idul Fitri. Maksudnya perayaan karena hari itu kita bisa makan apa saja tentunya yang halal ya.

Hari raya Idul Fitri, biasanya diawali dengan sarapan ketupat dan opor ayam bersama keluarga. Itu tandanya tanggal 1 syawal telah dimulai dan siap-siap untuk melaksanakan salat Idul Fitri. 

Apakah lebaran selalu identik dengan ketupat dan opor? Bagi keluarga saya iya, tetapi di balik ketupat, Idul Fitri adalah hari ketika orang-orang berbuka. Haram hukumnya untuk berpuasa.

Bagi anak-anak Idul Fitri lekat dengan mendapat hadiah baju baru dan angpau. Hadiah tersebut didapat karena tamat berpuasa. Kalau kita ikut orangtua silaturahmi ke tempat saudara biasanya juga mendapat angpau atau salam tempel.

Salam tempel pada waktu saya kecil belum tren seperti sekarang. Saya hanya mengingat beberapa kali mendapat salam tempel jika diajak halal bihalal ke kampung Bapak dan Ibu. 

Ketika keliling ke saudara atau tetangga, mereka memberi makanan yang ada di toples. Kue astor, kue satu, rengginang, peyek disesel ke tangan suruh bawa. Ibu bekalnya pun bukan dompet kosong atau tas besar melainkan kresek, katanya, "Buat wadah raginang."

Mengenal salam tempel kembali ketika saya sudah menikah. Kami menyiapkan beberapa amplop untuk saudara, keponakan, anak yatim, janda, dan anak kecil yang memberi weweh ke rumah.

Salam tempel pada anak sebenarnya mengajarkan banyak hal, di antaranya:

Pertama, berempati

Mengajarkan berempati terhadap sesama berawal dari keluarga, melihat, dan mempraktikan.

Menjelang lebaran bagi saya momentum yang tepat. Ketika anak-anak saya ajak membagikan bingkisan atau uang kepada fakir miskin, anak yatim. Sebelumnya saya sudah memberi pengertian dengan bahasa yang mudah dipahami tentang makna memberi. Sehingga mereka tidak mengharap salam tempel kembali.

Kedua, belajar bersyukur

Dengan mengajarkan puasa kepada anak-anak, secara tidak langsung anak-anak akan tahu bagaimana rasanya lapar dan harus. Begini situasi orang-orang yang kekurangan dalam ekonomi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline