Hai Diary,
Seringkali aku bertanya pada diri sendiri, apa saja yang harus dimiliki untuk menulis. Membeli banyak buku tentang cara menulis sudah dilakukan, tetapi ko masih saja tulisanku recehan. kata orang sih, "Ora pinter-pinter." Lha kalau pinter jadi dokter, itu kata Susan di lagu.
Terkadang ketika mentok, mandeg tidak menulis keluar ucapan, "Aku tidak punya bakat menulis," Benarkah bakat mempengaruhi?
Baiklah, aku memiliki rangkuman tentang modal untuk menulis. Kalau modal menjadi penulis hebat nanti aku tanyakan dulu kepada penulis-penulis keren dan kece yang ada di kompasiana.
Modal menurut KBBI adalah uang yang dipakai sebagai pokok (induk) untuk berdagang, melepas uang, dan sebagainya; harta benda (uang, barang, dan sebagainya) yang dapat dipergunakan untuk menghasilkan sesuatu yang menambah kekayaan dan sebagainya: ia menanam -- nya dalam perusahaaan itu; Modal juga bisa diartikan barang yang digunakan sebagai dasar atau bekal untuk bekerja (berjuang dan sebagainya): keberanian merupakan -- pertama dalam ujian;
Berdasarkan pengertian di atas tentang modal, sudah sangat jelas itu sesuatu yang nyata harus ada. Lantas bagaimana dengan modal untuk memulai menulis? Benarkah menulis membutuhkan modal? Tentu. Modal menulis tidaklah mahal atau sulit. Tidak perlu meminjam ke bank atau kredit. Semuanya ada disekitar kita.
Berdasarkan dari beberapa sumber, menulis itu membutuhkan modal dasar yakni :
Pertama Nekat
Nekat, ini yang sering aku lakukan bahkan kita semua sering mengatakan "Modal nekat wae". Sesuatu yang kita anggap momok, maka kita harus nekat menghadapinya. Contohnya aku takut dengan kecoak, hadapi, lawan hewan kecil itu, bawa sapu, sandal, untuk mengusirnya. Jika kita takut berteriak dan menghindar, selamanya akan takut. Padahal binatang itu kecil, tidak akan membunuhku semudah itu.
Sama halnya dengan menulis. Menulis bagi kita sesuatu momok. Maka cukup dibutuhkan sikap nekat mengahadapinya. Tekad yang kuat untuk melakukan praktik menulis secara berkesinambungan.
Ketika melakukan praktik menulis, jangan sekali-kali membandingkan tulisan kita dengan penulis lain sekalipun penulis satu angkatan. Apalagi membandingkan dengan penulis senior seperti Krisna Pabichara, Tere Liye, Cahyadi Takariawan. Beliau hanya boleh dijadikan sebagai guru, inspirator, motivator saja. Jika membandingkan ke atas, kita akan mundur, malu, takut untuk menulis.