Lihat ke Halaman Asli

Sri Rohmatiah Djalil

TERVERIFIKASI

Ibu rumah tangga suka cerita, Petani, Pengusaha (semua lagi diusahakan)

Liku-liku Membuat Buku Antologi

Diperbarui: 21 Februari 2021   04:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi gambar dari hasil tangkap layar pixabay

Aku masukkan ke diary ya karena aku berpikir ini catatan kecil tentang perjalanan pertama kali membuat buku, dan pertama kali aku belajar menulis. Manulis buku bagi pemula seperti aku tentu lebih mudah dengan mengikuti antologi, yaitu satu buku ditulis oleh beberapa orang. Kita cukup menulis kurang lebih sepuluh halamann dengan spasi normal.

Buku antologi pertamaku adalah bersama teman-teman di kelas menulis. Di kelas Menulis Online atau KMO mungkin aku termasuk bukan orang yang rajin menyimak materi, tetapi rajin menyimpan materi. Ketika ada tugas membuat resume, ketiduran sering menjadi alasan, anehnya, kalau tugas selalu lebih dulu. Ko bisa? Jangan-jangan minta tolong orang mengerjakan tugas? Tidak dong, putraku yang paling rajin membangunkan.

"Mamah, laptopnya mau jatuh, bangun!" atau

"Mamah, baterai laptop habis!"

Selain sibuk melawan kantuk, aku sibuk dengan tugas baru di KMO yakni sebagai penangung jawab dalam pembuatan dua buku antologi. Terbayang kerja kerasnya, bagi yang sudah terbiasa itu pekerjaan mudah, tetapi bagiku lumanyan berat. Namun, dari situ aku mulai belajar, belajar menata waktu supaya lebih bermanfaat. 

Proses penyusunan naskah, Pak Cah sendiri banyak membantu, mulai dari pembuatan outline, pemilihan desain cover hingga editing. Ada beberapa teman juga yang membantu dalam proses proofreading sebelum naskah masuk ke penerbit. Sebetulnya pihak penerbit menawarkan proofreading, tetapi, kami inisiatif untuk rapih sebelum diterima pihak penerbit.  

Naskah yang masuk waktu itu ada 64, walaupun tidak dibaca detail, Pak Cah paham naskah mana yang layak terbit atau tidak.

"Naskah punya si A, suruh ganti, sensitif!" tegas Pak Cah.

"Paragraf ke-3 milik si C, bagusnya begini!" sarannya juga.

"Penulisan nama penulis disamakan semua, jika memakai gelar, semua pakai!"

Aku yang baru terjun ke dunia menulis, tentu kepo. Mungkin yang lain tidak  akan sabar dengan sikapku yang super cerewet.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline