Lihat ke Halaman Asli

Sri Rohmatiah Djalil

TERVERIFIKASI

Wiraswasta

Tidak Bisa Menjalin LDR dengan Pacar? Ini Solusinya

Diperbarui: 18 Februari 2021   05:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi gambar hasil tangkap layar alodokter.com

Istilah hubungan jarak jauh atau sekarang disebut LDR tidak ada batasan jarak berapa kilometer. Bisa saja lintas kota, atau lintas pulau, provinsi bahkan lintas negara. Yang jelas pasangan tersebut dipisahkan oleh jarak sehingga jarang atau sulit bertemu.

Menjalin hubungan LDR atau Long Distance Relationship, bagi sebagian orang mungkin merasa tidak nyaman dan berasumsi tidak langgeng. Namun ada di antara kita yang mampu mempertahankan hubungan dengan pasangan secara LDR.

Kita tahu hubungan jarak jauh membutuhkan kepercayaan yang kuat dari kedua belah pihak. Kepercayaan ini tidak datang begitu saja, harus terpatri di hati karena ada banyak ujian, kerikil yang menyertai pasangan masing-masing.

Pasangan akan hidup dengan lingkungannya masing-masing, akan bertemu dan dekat dengan teman-temannya secara fisik. Rasa nyaman dengan teman ini akan menjadi peluang untuk berpaling. Belum lagi timbul rasa ragu , was-was, bosan akan membuat hubungan LDR menjadi hambar.

Biasanya mereka yang bertekad menjalin LDR sudah mempersiapkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi dan mereka pun memiliki karakter yang khusus.

Psikolog Cheryl Carmichael mencontohkan orang-orang yang bisa menjalani hubungan jarak jauh dan berpendapat. Orang yang nyaman dengan dirinya sendiri lebih bisa menghadapi hubungan jarak jauh. "Mereka biasanya memang tidak terlalu suka berdekatan dan tidak bergantung," ucap Cheryl.

Hubungan jarak jauh bagi pasangan ini bukan tanpa usaha, mereka tetap menjaga komunikasi yang baik. Dahulu mungkin kita hanya mengenal surat menyurat, telepon rumah, tidak ada namanya video call, zoom atau sejenisnya. Namun, hubungan mereka lebih kepada kedekatan secara emosi dan spiritual, berkomitmen untuk saling terbuka, saling mengasihi.

Lain lagi dengan orang yang selalu bergantung kepada orang lain atau pasangan. Mereka akan selalu cemas dan sulit untuk berjauhan. Orang seperti ini hari-harinya akan diisi dengan uring-uringan, marah-marah, sehingga pasangan enggan untuk komunikasi rutin. Ini malah menjadi pemicu gagalnya hubungan.

Mungkin termasuk aku di dalamnya, ketika merasa tidak bisa menjalin hubungan jarak jauh, kami memutuskan menikah. Hubungan kami lintas provinsi, waktu itu perjalanan bisa ditempuh dengan kereta kurang lebih 12 jam. Sebagai pekerja, tentu suatu hal tidak mungkin harus tiap pekan bertemu. Setelah menjalin hubungan pertemanan selama satu bulan lewat telepon dan surat, kami dipertemukan. Pada saat itu pasanganku mengatakan akan melamar pekan depan ke kotaku.

Pertemuan kedua setelah sepuluh hari acara lamaran, kami akad dan memutuskan ikut suami ke kotanya, bekerja pun berhenti. Ini bukan edisi kebelet atau kecelakaan. Setelah semua setuju untuk apa ditunda? Pengenalan sambil jalan, jatuh cinta membutuhkan proses. Kata nenek moyangku sih, "Setelah menikah nanti jatuh cinta, tresno jalaran kulino."

Intinya mungkin kami sama-sama tidak bisa menjalin hubungan lintas provinsi. Kalau sudah sreg apa salahnya dihalalin saja.

Seperti ketika putri kami yang pertama melaksanakan pesantren kilat di kota sebelah. Aku sebagai ibunya tidak bisa melakukan LDR. Setiap tiga hari sekali kami datang mengunjunginya dengan alasan membawa makanan kesukannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline