Lihat ke Halaman Asli

Sri Rohmatiah Djalil

TERVERIFIKASI

Wiraswasta

Cerita Rakyat Dewi Sri Mengandung Filosofi Hidup, "Semakin Berisi, Semakin Merunduk"

Diperbarui: 10 Januari 2021   16:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto dokumen pribadi

Di zaman modern seperti ini, menyampaikan pesan, baik berupa fiksi atau nonfiksi, cukup dengan menulis di media sosial atau buku. Berbeda dengan pada masa dahulu. Pesan disampaikan secara lisan dari mulut ke mulut. Kita mengenalnya sebagai cerita rakyat. Cerita rakyat bisa berupa dongeng atau kisah nyata dari daerah tertentu.

Karena secara lisan dan turun temurun, cerita rakyat tidak diketahui sumbernya. Tidak ada referensi atau bahan bacaan yang bisa dijadikan pedoman. Kadang cerita dari daerah satu dengan daerah lain berbeda. Namun, di dalam cerita tersebut pesan moral bagi anak cucu kita tetap sama. Pesan kebaikan yang harus ditanamkan sejak kecil, pesan menghindari keburukan karena itu larangan Tuhan.

Misalnya cerita asal mula padi, untuk versi Sumatera, padi berasal dari pengorbanan seorang anak laki-laki bernama Si Beru Dayang. Sementara di Jawa Barat padi berasal dari pengorbanan Dewi Sri Pohaci.

"Indonesia kaya akan keragaman budaya dan tradisi, keragaman tersebut semata-mata supaya kita saling mencintai"

Kita tentu masih ingat nama Sri sering berkaitan erat dengan padi, seperti namaku "Sri". Orang tua memberi nama Sri semata-mata supaya hidupnya penuh keberkahan. Dari nama Sri tengok perjalanan panjang Dewi Sri Pohaci yang mendapat tugas dari Sultan Ibu untuk memberi cihaya kepada negeri Buana Panca Tengah. 

Sebelum melakukan perjalanan bersama Prabu Guruminda, Dewi Sri meminta restu kepada Sultan Ibu. Sementara Eyang Prabu Gurunda melakukan doa atau semedi memohon kepada Sang Maha Pencipta supaya selamat dalam perjalanan. Hal ini mengajarkan kita untuk bersikap santun kepada orang lebih tua dengan meminta izin ketika akan keluar rumah.

Prabu Guruminda memberi contoh ketika akan bepergian, dahulukan berdoa memohon kepada Tuhan. Sebagai umat Islam, sudah diajarkan cara-cara beribadah dan berdoa. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi selama perjalanan, hanya Tuhan yang dapat menjaga dan melindungi kita.

Misi Dewi Sri bersama Prabu Guruminta tidak berjalan mulus, di tengah perjalanan ada halangan yang tanpa disengaja. Dewi Sri yang sudah berubah wujud menjadi sebutir telur dan disimpan di Cupu Gilang Kencana terjatuh ke bumi.

Telur tersebut ditemukan oleh Dewa Anta kemudian disimpannya baik-baik. Setelah Beberapa hari telur tersebut pecah dan lahirlah bayi cantik tiada lain Dewi Sri Pohaci. Bayi cantik itu tumbuh besar dalam pengasuhan Dewa Anta.

Kecantikan Dewi Sri Pohaci tersebar ke berbagai wilayah, hingga banyak raja yang meminangnya, tetapi Dewi Sri selalu menolak, karena teringat akan tugas dari Sunan Ibu yang belum tuntas.

Dewi Sri memegang amanah yang belum terselesaikan, dia rela menolak semua lamaran para raja. Kita bisa mengambil pesan dari sikap Dewi Sri, bahwa, mengerjakan tugas dan memberi kemanfaatan dalam hidup lebih penting. Namun, untuk kita jangan pula mengabaikan pernikahan, karena pernikahan adalah ibadah.

Terus menerus memikirkan tugasnya akhirnya Dewi Sri Pohaci sakit. Tk lama kemudian atas kehendak yang Maha Kuasa, Dewi Sri Pohaci meninggal dunia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline