Lihat ke Halaman Asli

Sri Rohmatiah Djalil

TERVERIFIKASI

Petani N dideso

Akibat Egois Bagi Keluarga

Diperbarui: 26 Desember 2020   21:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok.Pribadi

Menurut John Gray, Ph.D., dalam bukunya yang berjudul Men are From Mars Women are From Venus.  Laki-laki dan perempuan berasal dari dua planet yang berbeda, yaitu planet Mars dan Venus. Secara otomatis mereka memiliki perbedaan dalam banyak hal, baik fisik, cara berpikir, pilihan busana, karakter dan lain-lain.

Perbedaan antara laki-laki dan perempuan sudah tampak jelas. Laki-laki menarik dengan ciri khasnya sebagai laki-laki, perempuan menarik dengan cirinya sebagai perempuan. Perbedaan ini yang membuat dunia itu indah, sehingga terbentuk suatu hubungan yang disebut hubungan suami istri.

Selain memiliki perbedaan, Laki-laki dan perempuan memiliki beberapa karakter yang sama. Misalnya karakter egois. Ini bisa menghinggapi laki-laki maupun perempuan. Karakter pemarah, cuek, tidak peduli terhadap orang, bisa dimiliki semua orang.

Dalam suatu hubungan suami istri, tentu ada saat salah satu atau keduanya mengalami yang namanya egois. Jika terjadi sesekali, itu wajar saja, jika terlalu sering bahkan pasangan tidak pernah berubah, hubungan suami istri menjadi tidak sehat. Konflik pun akan sering terjadi.

Egois bukan saja dimiliki oleh pasangan muda yang baru menikah, terkadang pasangan senior pun masih sering mempertahankannya. Merasa diri benar, tidak mau mengalah, menyalahkan pasangan. Selalu ngotot dengan pendapatnya hanya untuk memenuhi kepentingan diri sendiri, tidak memedulikan kebutuhan pasangan. Perasaan ini disebut egois.

"Ini adalah bendera merah yang menunjukkan tingkat keegoisan akut. Jika Anda merasa selalu menekankan pembicaraan hanya pada sudut pandang Anda sendiri, Anda telah menggiring hubungan Anda pada kegagalan," kata Gary Brown, terapis pernikahan dan keluarga.

"Jika seperti itu ceritanya, Anda benar-benar bukan pasangan sama sekali," kata Brown lagi.

Menurut Kamus Bahasa Indonesia, kata "ego" memiliki makna aku atau diri pribadi. Juga memiliki makna rasa sadar akan diri sendiri, serta konsepsi individu tentang dirinya sendiri. Maka orang disebut egois manakala ia selalu mementingkan dirinya sendiri. Sedangkan egoisme dalam pengertian psikologi adalah tingkah laku yang didasarkan atas dorongan untuk keuntungan diri sendiri daripada untuk kesejahteraan orang lain.

Cahyadi Takariawan mengatakan bahwa, menundukkan ego adalah salah satu bab paling rumit dalam masa penyesuaian suami isteri. Seberapa lama waktu yang mereka perlukan untuk mampu menundukkan ego dalam diri masing-masing, selama itu pula mereka akan mengalami ketidaknyamanan hubungan. 

Bisa dibayangkan seandainya ego itu dipertahankan lebih lama, akan lama juga pasangan mengalami konflik. Tujuan pernikahan akan sulit dicapai, anak-anak terbengkalai. Endapan-endapan emosi akan membatu, stres tingkat tinggi akan terjadi.

Menurut Gray, jika terjadi konflik yang melampui batas dan membuat stres, laki-laki lebih mengalah. Laki-laki akan menarik diri untuk sementara, mereka benar-benar tidak fokus pada masalah, menenangkan diri dan bersantai. Namun dalam kesendiriannya mereka mencari solusi, memeriksa kembali masalah dari perpektif yang baru.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline