Lihat ke Halaman Asli

Sri Rohmatiah Djalil

TERVERIFIKASI

Ibu rumah tangga suka cerita, Petani, Pengusaha (semua lagi diusahakan)

Menjadikan passion ke Mission

Diperbarui: 12 Desember 2020   17:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen Pribadi saat di Sagrada Familia

Ketika di depan publik, aku sering melihat mata aneh melirik ke arah kami, dalam hal ini aku dan suami yang difabel.

"Bapaknya ya, Kak?"

Itu pertanyaan yang sering dilontarkan sebagian orang. Malu-malu akan terlihat dari raut mukanya jika telah dijelaskan bahwa dia suami, ayah dari anak-anak kami.

Aku tidak marah atau malu dengan pertanyaan mereka, menjawab dengan senyum akan membuat mereka semakin penasaran dengan hubungan kami yang aneh menurut mereka.

Tak jarang di antara mereka akan menjalin persaudaraan dan meneruskan pertemuan di kemudian hari. Itu suatu anugerah bagi kami yang berbeda. Penerimaan terhadap kaum difabel jarang sekali terjadi.

Sama seperti Shane Burcaw saat dia tengah bersama kekasihnya, Hannah Aylward. Dia juga sering mendapat pertanyaan yang sama. "Dia pengasuhmu?" padahal Hannah adalah kekasihnya.

Shane Burcaw adalah Blogger asal Amerika Serikat ini telah menggunakan kursi roda sejak usia tiga tahun. Dia mengalami Spinal Muscular Atrophy, sejenis kondisi genetik yang mengganggu otot tubuhnya sehingga harus memakai kursi roda. Shane Burcaw

Selain aktif menulis di blog, Shane telah menerbitkan tiga buku, yaitu Laughing at My Nightmare (2014); Not So Different: What You Want to Ask About Having a Disability (2017); dan Strangers Assume My Girlfrind is My Nurse (2019). Dalam buku-buku itu, Shane menceritakan kondisi dirinya dan suka duka menjalani kehidupan dengan gaya kocak.

Buku-buku Shane Burcaw pada intinya memberi motivasi tentang hidup dalam kondisi keterbatasan.

Sementara Nick Vujicic, seorang motivator, memberi konsep bahwa, Kemampuan mengendalikan sikap dalam kehidupan dapat mengontrol perilaku sehari-sehari. Kemampuan ini penting bagi siapa saja, terlebih lagi bagi seorang difabel yang hidupnya terbatas. Dia harus bisa mengendalikan sikap, jangan sampai menghambat kemampuan untuk hidup tanpa batas.

Ketidaksempurnaan sering kali dianggap sebagai sesuatu yang salah, tidak adil. Jika mampu mengubah sikap terhadap pemahaman tersebut, hidup kita akan lebih baik dan dunia pun berubah. Anggaplah sikap kita seperti remote control.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline