Lihat ke Halaman Asli

Sri Rianti

Faqir Ilmi

Kebahagiaan Perspektif Al Quran

Diperbarui: 9 Oktober 2021   10:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dalam bahasa Arab ada empat kata yang berhubungan dengan kebahagiaan, yaitu sa'id   (bahagia), falah (beruntung) najat (selamat) dan najah (berhasil). Dari empat kat adiatas, kata sa'id adalah kata yang paling dekat dengan makna kata bahagia. Al-Ashafany mengartikan kata sa'id dengan pertolongan kepada manusia terhadap perkara ketuhanan untuk memperoleh kebaikan, dan kata sa'id (bahagia) merupakan lawan dari kata syaqowah/syaqiyyun (sengsara) sebagaimana firman Allah dalam surah Hud: 105 yang berbunyi:

(105(

Artinya: "Di kala datang hari itu, tidak ada seorang pun yang berbicara, melainkan dengan izin-Nya, maka di antara mereka ada yang celaka dan ada yang berbahagia". (al-Hud:105)

Makna sa'id ini merupakan terjemahan yang paling dekat dengan bahagia, kata falah, najat, dan najah adalah kata-kata yang serumpun dalam makna bahagia. Karena pada saat orang mendapatkan keberuntungan, keselamatan dan kesuksesan maka perasaannya pasti bahagia.

Kata sa'adah (bahagia) mengandung nuansa anugerah Allah SWT setelah terlebih dahulu mengarungi kesulitan, sedangkan falah mengandung arti menemukan apa yang dicari (idrak balaghah). Falah ada dua macam, duniawi dan ukhrawi. Falah duniawi adalah memperoleh kebahagiaan yang membuat hidup didunia terasa nikmat, yakni menemukan a) keabadian (terbatas); umur panjang, sehat terus, kebutuhan tercukupi terus dsb, b) kekayaan; segala yang dimiliki jauh melebihi dari yang dibutuhkan, dan c) kehormatan sosial. Sedangkan fakta ukhrawi terdiri dari empat macam, yaitu a) kebadiaan tanpa batas, b) kekayaan tanpa ada lagi yang dibutuhkan, c) kehormatan tanpa ada unsur kehinaan dan d) pengetahuan hingga tiada lagi yang diketahui.

Sedangkan najat merupakan kebahagiaan yang dirasakan karena merasa terbebas dari ancaman yang menakutkan, misalnya ketika menrima putusan bebas dari pidana, ketika mendapat grasi besar dari presiden, ketika ternyata seluruh keluarganya selamat dari gelombang tsunami dan sebagaianya.       Adapun najah adalah perasan bahagia karena yang diidam-idamkan ternyata terkabul, padahal ia sudah merasa pesimis, misalnya keluarga miskin yang sepuluh anaknya berhasil menjadi sarjana semua.

Menurut Nurkholis Madjid, ketika kita membahas mengenai kebahagiaan, maka kita tidka bisa lepas dari kata kesengsaraan yang merupakan lawan kata dari kebahagiaan itu sendiri, sebagaimana disebutkan dalam surha Hud ayat 105-108. Islam mengajarkan kebahagiaan dan kesengasaraan jasmani dan ruhani atau duniawi dan ukhrawi namun tetap membedakan keduanya.

Banyak pula dijanjikan kehidupan yang bahagia sekaligus didunia ini dan akhirat kelak untuk mereka yang beriman dan berbuat baik. Kehidupan yang bahagia didunia menjadi semacam pendahuluan bagi kehidupan yang lebih bahagia diakhirat[2]. Seperti ditegaskan dalam surah an-nahl ayat 97:

Artinya: "Barang siapa yang mengerjakan amal saleh ---baik laki-laki maupun perempuan--- dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik: dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik daripada apa yang telah mereka kerjakan".

Dalam masalah kesengsaraan juga demikian. Al-Qur'an menjelaskan bahwa orang yang ingkar kepada kebenaran dan berbuat jahat diancam baginya kesengsaraan dalam hidup didunia ini sebelum kesengsaraan yang lebih besar kelak di akhirat. Sebagaimana ditegskan dalam surah as-sajadah ayat 20-21:

(20)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline