"Didiklah anakmu sesuai zamannya",
Kalimat diatas bukanlah hal yang asing bagi umat muslim. Kalimat yang diucapkan ribuan tahun yang lampau oleh Nabi Muhammad Saw telah dapat kita temukan implikasinya dewasa ini saat orang tua dan guru harus menghadapi anak muda yang terkenal dengan sebutan generasi Z dan generasi A.
Perbedaan generasi yang tampak semakin nyata dalam pola pikir dan kebiasaan seiring pesatnya perkembangan tekhnologi khususnya tekhnologi informasi dan komunikasi.
Anak yang lebih dikenal dengan sebutan generasi Z adalah mereka yang rata-rata lahir pada tahun 1996-2010. Generasi ini lahir pada saat perkembangan tekhnologi sedang meningkat pesat. Mereka mahir menggunakan berbagai macam tekhnologi dan internet, menyukai hal-hal baru, berpikiran bebas dan kritis, serta tidak suka dikekang.
Anak yang terlahir sebagai generasi A (2011-sekarang) tumbuh dalam situasi yang lebih modern dibanding generasi Z. Sejak dini mereka dikelilingi tekhnologi. Cukup dengan mengenali symbol pada gawai, mereka familiar mengoperasikan gawai pada usia yang sangat dini.
Mereka lebih mandiri serta berani mencoba hal -- hal baru sehingga tidak heran jika dewasa ini kita temui anak muda dengan penghasilan yang spektakuler hanya dengan mengandalkan keahlian mereka menggunakan gawai dan didukung kestabilan jaringan internet.
Situasi diatas berpengaruh terhadap peran guru di sekolah yang berkebalikan jauh dengan masa para guru lahir. Sebagian besar guru sekarang lahir pada masa baby-boomers (1946-1965) dan generasi X (1965-1980). Kondisi dimana tekhnologi belum berkembang pesat, orang-orang yang selalu taat pada aturan dan setia menjalani rutinitas.
Untuk situasi di kelas, guru berperan sebagai satu-satunya sumber ilmu. Sistem pembelajaran berpusat pada guru (teacher-oriented) dimana sistem pembelajaran berbentuk ceramah. Peserta didik duduk rapi menyimak pembelajaran, tidak banyak bertanya ataupun aktif bergerak, dan mengerjakan tugas sesuai arahan guru.
Akan tetapi, hal ini tidak lagi sesuai dengan kondisi sekarang. Sesuai dengan keadaan zaman, generasi sekarang bukanlah mereka yang duduk betah berjam-jam mendengarkan ceramah. Mereka generasi yang cerdas dan aktif. Mereka berpikiran luas, berani bermimpi, dan mencoba hal-hal baru.
Mereka bisa mengakses informasi dari berbagai sumber dalam sekejap sehingga peran guru sebagai satu-satunya sumber ilmu dan informasi perlahan memudar. Tidak heran jika sering kita temui keluhan para guru tentang minimnya sikap disiplin siswa, abai terhadap sopan santun, dan cenderung bersikap bebas.
Berdasarkan gambaran kondisi diatas dapat disimpulkan bahwa menjadi guru dewasa ini tidaklah mudah. Para guru dihadapkan dengan kondisi lintas-generasi dengan pola pikir dan pola asuh yang berbeda.