Lihat ke Halaman Asli

Sri Patmi

Bagian Dari Sebuah Kehidupan

Artikel Sri Patmi: Teman Toksik, Suka Ngusik? (Part 1 Tukang Gosip)

Diperbarui: 19 Oktober 2021   07:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : inhiklik

Hampir sebagian besar pekerja menghabiskan waktu kerjanya di tempat kerja. Bayangkan saja, dari 24 jam kerja, sepertiga waktu dipergunakan untuk bekerja, bertemu dengan orang asing yang baru dikenal. Belum ditambah dengan waktu perjalanan pergi dan pulang kerja. 

Bagaimana jika sepertiga waktu kita dihabiskan bersama dengan teman yang toksik dan belum apa-apa sudah mengusik kehidupan dilingkungan kerja atau kehidupan pribadi kita? Tentunya akan memicu rada insecure. 

Beragam permasalahan akan terjadi dan berdampak baik secara mental, psikis, psikologi dan lingkungan fisik. Harus tricky banget buat menyikapi masalah teman toksik yang suka Ngusik. Jangan sampai strategi yang digunakan malah jadi Boomerang untuk kita sendiri. 

Penyebab Teman Toksik, Suka Bergosip? 

Dimanapun kita berpijak, netijen akan selalu ada. Informasi menjadi konsumsi yang paling enak dan renyah sambil menikmati pekerjaan. Utamanya ketika sudah menemukan sedikit saja celah untuk ikut campur urusan orang lain, seakan ia menguasai semua lini kehidupan kita. Menyebarkan segala bentuk informasi kepada siapapun untuk mencapai kepentingan. 

Faktor penyebab munculnya para netijen ini beragam, ada faktor internal dan eksternal. Dipicu dari faktor internal berupa kecemburuan sosial sesama manusia. 

Misalnya, merasa tidak nyaman dengan keberadaan kita dilingkungan kerja, takut kehilangan perhatian dari bos besar, takut kehilangan jabatan, takut jika pekerjaannya digantikan oleh orang baru yang lebih kompeten. 

Selain itu, faktor internal yang sangat berpengaruh adalah motivasi dan rasa percaya diri yang kurang terhadap kemampuan yang dimiliki diri sendiri. Merasa kurang kompetitif untuk bersaing dengan orang baru yang memiliki kemampuan lebih. 

Faktor eksternal yang mendorong adalah interval waktu untuk beradaptasi. Jeda waktu interaksi setiap orang pada lingkungan baru berbeda-beda. Ada yang membutuhkan waktu cukup lama untuk beradaptasi, ada juga yang cukup adaptif dengan lingkungan. 

Jeda waktu ini yang menyebabkan adanya kesenjangan sehingga munculnya prasangka. Analoginya adalah berapa jumlah segitiga didalam sebuah segitiga? Setiap orang memiliki perspektif dan paradigma yang berbeda dalam memandang. Ada yang mengatakan jumlah segitiga tersebut 9, 10 dan seterusnya. 

Dalam jeda adaptasi ini, bagi orang baru akan memunculkan cultural shock/gegar budaya. Biasanya tidak berada dilingkungan begini, biasanya dikelilingi lingkungan yang baik. Kenapa sekarang seperti ini? 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline