Lihat ke Halaman Asli

Sri Patmi

Bagian Dari Sebuah Kehidupan

Cerpen Sri Patmi: Jerau

Diperbarui: 18 Oktober 2021   07:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay

Untuk kesekian kalinya Nana masih menganggap jika ini adalah hari bahagianya. Dimana ia dianggap sebagai ratu paling cantik sejagad. Mengenakan gaun yang sudah dirajut oleh perancang busana yang sangat terkenal di penjuru negeri ini. Ia kembali mengenakan sebelum waktunya tiba. 

Bahkan ia memposting berkali-kali di media sosialnya. Mungkin tak banyak yang dapat ia bagikan selain rasa bahagia. Beragam upacara adat sudah dipersiapkan. Berharap momen sakral pernikahan ini mendapatkan keberkahan, keselamatan dan kebahagiaan selamanya. 

Balutan kain menutupi dadanya, setiap siraman air kembang yang dipetik dari taman menyejukkan hati. Begitu pula dengan Atma, calon pengantin pria. 

Ia turut menjalani momen sakral yang tidak akan pernah terulang didalam hidupnya. Terlihat dari kejauhan orang yang kesana kemari mengikuti kegiatan calon pengantin sembari menenteng kamera DSLR nya. 

Orang tua memasang blaketepe didepan rumah. Berbagai dekorasi dengan riasan bunga hidup menambah momen sakral semakin berwarna dan indah. 

Tulat sudah hari akad, namun perasaan Nana masih saja gelisah. Entah apa yang sedang ia pikirkan, padahal semua persiapan sudah matang. Bisa dianggap 99% sudah berjalan baik, sisanya tinggal persiapan mental. 

Sembari memandangi cahaya rembulan ditengah temaram yang menghangatkan, Nana memperhatikan dirinya didalam cermij. Ia membuka laci di meja rias. 

Nana memperhatikan secarik surat dengan kop surat resmi berlambang burung Garuda. Tangannya semakin gemetar menyaksikan di amplop itu tertulis namanya "KIRANA VIDIRA". 

Gudang memorinya terbuka kembali. Nana masih mengingat ketika lulus SMA, ia mencoba untuk mengikuti seleksi masuk perguruan negeri. Disana, ia bertemu dengan pria peraih nilai tertinggi seleksi beasiswa kala itu. Ia hanya dapat turut bahagia karena Nana gagal untuk masuk di Perguruan Tinggi Negeri. 

Sampai beberapa tahun setelah kegagalannya, Nana tetap berusaha meraih impiannya untuk bisa lolos seleksi perguruan tinggi negeri. Namun, sayangnya ia tidak beruntung seperti calon suaminya. Padahal, calon suaminya sudah meneruskan kuliah hingga ke negeri kincir angin dan kanguru. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline