Lihat ke Halaman Asli

Sri Patmi

Bagian Dari Sebuah Kehidupan

Cerpen Sri Patmi: Bara

Diperbarui: 29 Juli 2021   08:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay

Kakinya masih gontai menyaksikan hamparan ilalang tinggi yang berbunga. Bunga yang selalu memberikan harum yang menggoda untuk dipetik dan dikukus dalam ketika masih berbentuk Aron. Ia buka kembali karung yang disimpan didalam saung. 

Digelar lagi terpal yang panjang dan ditumpahkan karung demi karung. Butiran gabah loncat menari-menari menikmati mentari pagi. Mereka menyaksikan penampakan beberapa butir padi lainnya yang masih menggantung ranum bersama daun yang meninggi. 

"Hmm.. tinggal menunggu masa panen 12 hari lagi untuk bisa mencukupi kebutuhan beras di rumah selama 3 bulan kedepan" ujar Arya, petani yang kesehariannya selalu di sawah. 

Setelah dijemur, gabah dimasukkan didalam karung lagi. Arya menikmati semilir angin yang berhembus meniupkan aroma kebahagiaan masa panen aka segera tiba. Beberapa tali perak telah putus, tapi Arya membiarkannya. Ia ingin berbagi sedikit saja hasil dari alam untuk burung yang beterbangan. Setelah kenyang, ia pergi dan Arya membuat orang-orangan sawah. 

Matahari mulai meninggi, ia bawa pulang beberapa karung gabah ke rumah. Melewati pematang sawah, ia menyaksikan padi berwarna hitam milik tetangganya. 

Mungkin itu jenis beras ketan, ujarnya dalam hati. Arya melihat beberapa meter dari tempatnya melangkah, aliran air ditutup dengan tanah agar tidak ke bagian sawah Pali g belakang. 

"Astaghfirloh..." sembari geleng-geleng kepala dan ia segera membuka penyumbat itu agar air tetap dapat dibagi rata pada semua sawah. 

Arya tiba di rumahnya. Ia letakkan karung gabah dibelakang pintu ditumpuk dengan yang lainnya. Ibu meniup tungku yang mulai mati apinya. Bara api masih menyala dan diletakkan kayu dari pohon sengon yang sudah dan kering. Diatasnya ada Aron nasi diatas dandang yang siap disantap. 

Bara menyala membakar setiap bagian kayu menjadi abu atau Aron. Tiga lembar daun pandan dimasukkan dalam Aron yang masih hangat. 

Beberapa menit kepulan aroma nasi yang hangat bercampur pandan menusuk hidung membangunkan cacing-cacing didalam perut yang masih tertidur pulas. Dari tungku sebelahnya ada sayur ayam yang siap disantap dan bara yang masih menyala, diatasnya terpanggang ikan peda. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline