Lihat ke Halaman Asli

Sri Patmi

Bagian Dari Sebuah Kehidupan

Artikel Sri Patmi : Jangan Katakan "Kita Tidak Sedang Berpolitik!" Harfiahnya Manusia adalah Manusia Politik

Diperbarui: 30 Mei 2021   16:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Dokumentasi Pribadi

Kenapa politik kesannya negatif? Padahal secara harfiah ilmu politik dalam pembahasan https://www.kompasiana.com/sripatmi/60b33638d541df7a916c85a2/artikel-sri-patmi-mengenal-politik-bukan-sebatas-intrik-melainkan-pengetahuan-sosial-tertua-di-dunia, ilmu politik dikatakan sebagai ilmu sosial tertua di dunia. Setiap ilmu memiliki kemurnian dan kesuciannya sebagai bentuk ajaran yang turunnya dari pengetahuan semesta yang maha luas. Tendensi negatif diberikan karena adanya penyimpangan terhadap perilaku manusia yang melakukan tindakan dan perbuatan. Padahal sejatinya ilmu tetaplah bagian dari kehidupan yang memberikan pengajaran secara penuh ketulusan dan kesucian. Tetapi bagaimana dengan stigma negatif terhadap ilmu politik, padahal sejatinya manusia adalah bagian dari politik. Pemahaman ini yang harus dibuka secara gamblang, jangan asal berbicara tentang politik permukaan. Bagaimana bisa berbicara jika benda itu disebut meja jika kita tidak tahu definisinya, fungsinya, manfaatnya, bahan baku pembuataannya? 


Ilmu Politik Sebagai Ilmu Pengetahuan

Ada kalanya dipersoalkan apakah ilmu politik sebagai suatu ilmu pengetahuan atau tidak? Dan disangsikan apakah ilmu politik memenuhi syarat untuk disebut ilmu pengetahuan? Jika definisi pengetahuan eksakta dijadikan patokannya, maka ilmu politik belum memenuhi syarat, karena belum ditemukan hukum ilmiah seperti ilmu eksakta. 

Oleh karena itu, pada awalnya para sarjana ilmu sosial cenderung untuk merumuskan definisi yang umum sifatnya, seperti yang terlihat pada pertemuan para sarjana ilmu politik yang diadakan di Paris Tahun 1948. Mereka berpendapat bahwa ilmu pengetahuan adalah keseluruhan dari pengetahuan yang terkoordinasi mengenai pokok pemikiran tertentu. Apabila perumusan ini yang dipakai sebagai patokan, maka memang politik boleh dinamakan suatu ilmu pengetahuan. 

* Tahun 1950 Sarjana politik kurang puas dengan perumusan tersebut diatas dan terdorong melakukan metode ilmiah. Muncul pendekatan perilaku (behavioral approach). Pendekatan ini merupakan revolusi politik untuk merumuskan pemikiran. Sekalipun perilaku manusia kompleks, tetapi polanya berulang dan dapat diidentifikasi. 

Tahun 1960, pendekatan ini dikritikoleh Herbert Marcuse dan Jean Paul Seatre karena terlalu kuantitatif dan abstrak, tidak mencerminkan realitas sosial. 

*Tahun 1960, paham post behavioralist menyebutkan jika nilai-nilai yang harus diteliti melibatkan diri secara aktif untuk mengatasi masalah sosial. 

Pendekatan perilaku mempunyai beberapa keuntungan antara lain memberikan kesempatan untuk mempelajari kegiatan dan susunan politik dibeberapa negara berbeda sejaarah perkembangan, latar belakang kebudayaan, serta ideologinya dengan mempelajari bermacam-macam mekanisme yang menjalankan fungsi-fungsi tertentu. 

Perbedaan Kaum Tradisionalis dan Behavioralis 

TradisionalisBehavioralisNilai dan Norma Fakta Filsafat EmpirisIlmu Terapan Ilmu Murni Historis - YuridisSosiologis - Psikologis Tidak Kuantitatif Kuantitatif 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline