Lihat ke Halaman Asli

Sri Patmi

Bagian Dari Sebuah Kehidupan

Narasi Sri Patmi: Surat di Kelopak Mata yang Layu

Diperbarui: 3 Mei 2021   05:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi pribadi

Kesunyian ini masih mendekam dihajar peristiwa waktu yang membuat malam berganti waktu menjadi terang 

Diujung batas penantian ada sepucuk surat berwarna merah yang ditulis dan digantung dekat pintu rumah 

Pemerhati bagi diri ini selalu mengawasi pergerakan angin yang menerbangkan hempasan secarik surat itu 

Entah sampai kapan angin ini semilir membawa dingin agar lembarannya tak sanggup menahan menggigilnya api yang telah beku 

Dari kutipan-kutipan yang mulai tertanggal dibalik pita ungu diujung kertas ada sebuah mawar yang telah mati 

Bangkainya tidak pernah dibuang atau dikuburkan selayaknya kematian dibungkus dengan duka 

Justru bangkai mawar dibungkus dengan kertas yang mudah hancur dilumat air 

Hempasannya mendarat diatas tanah yang masih basah dibubuhi kuah embun yang masih segar melepas dahaga 

Dahaga rindu tanah pada langit yang membawa jutaan partikel air yang jatuh 

Tanah telah tahu jika penghubung diantara perpisahan mereka adalah embun 

Sama halnya dengan secarik surat yang terus dipandangi

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline