Lihat ke Halaman Asli

Sri Patmi

Bagian Dari Sebuah Kehidupan

Artikel Sri Patmi: Kado Pita Suara di Hari Natal

Diperbarui: 25 Desember 2020   09:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Perayaan natal tahun ini berbeda dengan tahun sebelumnya. Perbedaan yang terlihat secara fisik adalah jarak yang memisahkan kita. Ditengah kedamaian natal, masih terdengar tangis menghadapi dunia yang tak tentu arahnya. Pandemi masih mendera dunia. Tak tahu sampai kapan harus seperti ini, tapi hidup harus terus berjalan karena waktu tak terhenti. Beberapa gereja masih membuka perayaan natal dengan penuh hikmat. 

Tentunya harus menjaga protokol kesehatan. Dimana para jemaat diwajibkan untuk menjaga protokol kesehatan. Melakukan 3M, memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan. Bahkan saat memasukkan hosti kedalam mulut, para jemaat diwajibkan untuk memakai hand sanitizer setelahnya. Ada juga yang merayakan natal melalui live streaming.

Hal ini terjadi di rumah keluarga kecil jemaat Gereja Kasih Anugerah. Ia merasakan Natal semakin bermakna. Dihadapan kamera layar handphone, posisi berbaring dengan kondisi lemah. Saat pembagian hosti dan komuni, ia ikut membuka lebar mulutnya seakan roti hosti itu ada bersamanya. Suaranya terdengar diatas tenggorokan. Beberapa kalimat sudah terucap, lambat lain suaranya menghilang. Setelah ritual ibadah dijalani, ia masih merasakan nyeri ketika harus bergerak mengikuti.

Ornamen natal masih menjadi hiasan hatinya yang masih merasakan damai dan khidmat.

"Kristus, terima kasih telah hadir dalam kehidupan ini. Memberi kekuatan dan hidup untuk saat ini. Saat hilang semua asa, kau hadir menjadi ada"

Veronica, gadis berusia 28 tahun. Dulu, setiap Minggu ia selalu melaksanakan pelayanan di gereja. Semenjak 6 bulan lalu, ia masih terkulai lemas di rumah. Sesekali harus istirahat di RS Dharmais untuk kemoterapi. Kulitnya dari sawo matang sudah menjadi legam sebagian. Rambutnya sudah rontok tak bersisa. 

Sejak divonis menderita kanker nasofaring stadium 4, ia masih terlihat memiliki semangat untuk melawan penyakit yang dideritanya. Terlihat ketika ia harus pulang pergi dari Binong, Karawaci ke Dharmais dengan moda transportasi umum. Beruntungnya, keluarga selalu memberi dukungan dalam bentuk apapun. Rapid dan Swab test juga harus dijalani sebelum rawat inap  Adiknya yang berprofesi sebagai seorang perawat selalu setia menemaninya. Hingga saat ini, sudah 35 kali dari 38 kali rangkaian kemoterapi.

Natal tahun ini, ia mendapat kado spesial dari Tuhan. Ia diberikan kesempatan untuk hidup. Menikmati aroma udara bebas. Rambut yang bertumbuh perlahan-lahan. Benjolan disekitar tenggorokannya sudah tidak ada. Warna legam di pipi mulai memudar. Pucat pasi wajahnya sudah merona dan merekah. 

Pita kado Natal itu diletakkan di kerongkongan, serasa serak dan hilang bila mulai ditarik kencang volume suaranya. Essensi natal bersama nasofaring baginya, Kristus mensucikan diri manusia dalam kasih-Nya. Kristus lahir disini, mengalir bersama darahnya. Kelahiran Kristus bukan hanya kemeriahan tradisi dan budaya saja, tetapi menghayati lebih mendalam. Menambah nilai spiritualitas dan ekspresi keimanan terhadap setiap nilai yang terkandung didalamnya.

Dengan turban coklat, menutupi kepalanya, menggunakan masker, memakai face shield, ia berjalan menuju tanah lapang yang luas di depan rumahnya. Membiarkan cahaya mentari pagi ini masih hidup merangsek masuk kedalam pori-pori kulitnya. Memberi sumber energi bagi diri untuk bangkit dan lahir kembali melalui kasih Kristus.

Salam,

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline