Lihat ke Halaman Asli

Sri Patmi

Bagian Dari Sebuah Kehidupan

Narasi Kehidupan Sri Patmi: Sayap Cumulonimbus

Diperbarui: 8 Desember 2020   13:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok. pribadi

Kali ini mungkin aku terjebak dengan bagian bumi yang kukira sedang baik-baik saja. Ternyata faktanya aku merasakan bukan sedang baik-baik saja tetapi gejolak yang begitu dahsyat menghantam. 

Menimbulkan sebuah tekanan dalam diri untuk berontak meronta-ronta. Menyatukan bagian yang terpecah belah menjadi satu. Pada setiap bagian yang terlepas akan terhempas. Bagian yang tertanggal akan tertinggal. Kasihan diriku saat ini, menantikan setiap detiknya berlalu tanpa hal yang dapat diperbuat.

Semuanya karena keterbatasan dan tembok ego yang begitu besar. Ingin ditabrak tetapi tidak cukup rasanya. Ditabrak tembok itu, takkan menjadikan diri ini semakin kuat malah terburai lemah diujung tanduk. 

Aku sudah lama menikmati masa-masa tenang supaya tidak meradang. Sekalinya dipicu, meledak lagi rasanya ingin keluar. Entah apa yang mereka inginkan. Padahal aku hanya diam. Tetapi aku diusik lagi. Seakan semesta ini tak mengharapkan sedikit saja aku berdiam diri tanpa sebuah tindakan yang pasti. 

Setelah semuanya dikuliti hingga habis, aku kira sudah cukup membuat sepenggal saja kehidupanku diujung tanduk. Ternyata justru aku makin disayang oleh kehidupan ini. 

Semua melejit ke permukaan bahkan terbang ke langit untuk melihat dari sudut pandang ketinggian tanpa rasa takut. Bayangkan saja, aku tidak memiliki sayap dan kakiku ini masih kecil untuk berpijak diantara kumolonimbus. Bukan juga seorang yang maha suci atas segala yang kuperbuat hingga mempunyai sayap-sayap untuk melihat dengan cahaya. 

Berkas semburat yang beterbangan kesana kemari menikmati detik demi detik yang kini kugenggam. Sajak bukan sembarangan sajak yang diberikan untuk manusia. Karena hakikatnya lebih dari untaian kalimat indah. Aku tidak pernah mengakui hal yang ada saat ini dariku. Tetapi semua atas dasar pemberian dan berkah kasih sejati untukku. Terima kasih telah bersedia untuk berbagi karena mungkin berbagi adalah hal tersulit dilakukan secara tindakan. 

****

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline