Lihat ke Halaman Asli

Pentingkah Pembangunan Masjid Al-Alam di Teluk Kendari?

Diperbarui: 14 Desember 2016   07:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pembangunan Masjid Al-Alam diatas kawasan Teluk Kendari, yang menggunakan dana APBD Sulawesi Tenggara (Sultra) dan sumbangan dari pihak ke tiga, ditarget rampung akhir 2016. Gubernur Sulawesi Tenggara, Nur Alam optimis, Bangunan Masjid yang dapat menelan anggaran ratusan Miliar tersebut, dapat dimanfaatkan akhir 2016 atau sebelum berakhir masa jabatannya. Makanya, di penghujung tahun 2016, masyarakat sudah bisa melihat bentuk bangunan Mesjid Al Alam.

Seperti yang di ketahui Teluk Kendari adalah muara berkumpulnya air dari hulu sungai yang ada dibeberapa sungai di Sultra, mulai dari Konawe, Konawe Selatan dan Konawe Utara. Masjid Al-Alam yang di rancang megah tersebut akan menjadi icon wisata religious di Teluk Kendari. Pembangunan Masjid Al-Alam yang dibangun untuk tujuan mulia sejatinya tidaklah menuai penolakan dari berbagai elemen masyarakat jika sekiranya dibangun dengan asas ramah lingkungan. Oleh karena itu, Sangat disayangkan jika rencana pengembangan kawasan Teluk Kendari justru akan semakin memperparah kondisi lingkungan perairan yang semula diniatkan untuk revitalisasi.

Dampak positif kegiatan reklamasi tentulah peningkatan kualitas dan nilai ekonomi kawasan pesisir, mengurangi lahan yang dianggap kurang produktif, dan penambahan wilayah. Namun dampak positifnya masih terkalahkan oleh dampak negatifnya yang sifatnya jangka panjang. Dampak tersebut meliputi dampak fisik seperti perubahan hidro-oseanografi, erosi pantai, sedimentasi, peningkatan kekeruhan, pencemaran laut, intrusi air laut ke air tanah, peningkatan potensi banjir dan penggenangan di wilayah pesisir.

Dampak biologis berupa punahnya biota laut sebagai sumber protein terbesar, terganggunya ekosistem mangrove, terumbu karang, padang lamun, estuaria dan penurunan keaneka ragaman hayati. Sedangkan dampak sosialnya, berupa hilangnya mata pencaharian atau penurunan pendapatan para petani tambak, nelayan dan buruh.

Dalam teori perencanaan kota, reklamasi pantai merupakan salah satu langkah pemekaran kota. Biasanya reklamasi dilakukan oleh negara atau kota besar dengan laju pertumbuhan dan kebutuhan lahannya meningkat pesat, tetapi mengalami kendala keterbatasan lahan. Kondisi ini tidak lagi memungkinkan untuk melakukan pemekaran ke daratan, sehingga diperlukan daratan baru. Merujuk pada teori itu, maka pemerintah belum pantas untuk melakukan reklamasi dengan tujuan pengembangan ekonomi. Toh masih banyak daerah daratan yang belum dimaksimalkan. Mengapa harus laut yang ditimbun. Hanya akan semakin memperkecil wilayah perairan Kendari.

Reklamasi hanya akan merusak lingkungan perairan Teluk Kendari. Kerusakan lingkungan pada akhirnya akan menurunkan derajat kesehatan manusia. Sebab lingkungan memberikan pengaruh yang sangat besar. Oleh karena itu, bukan revitalisasi yang profit oriented yang perlu dilakukan melainkan revitalisasi yang beretika lingkungan. Selamatkan laut Kendari dari pencemaran dan pendangkalan. Lakukan pengerukan tanpa reklamasi dan penanaman bakau untuk meminimalisir cemarannya. Setidaknya kita dapat memulihkan kembali habitat biota laut (ikan dan kerang) sebagai sumber protein terbesar yang menyuplai gizi bagi kesehatan masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline