Lihat ke Halaman Asli

Sekolah Luar Biasa Kelompok Ini, Nyaris Tak Terdengar...

Diperbarui: 21 Oktober 2015   12:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: M.LATIEF/KOMPAS.COM

Salah seorang guru saya, minggu lalu bercerita tentang kunjungannya ke sebuah SLB (Sekolah Luar Biasa) swasta di kawasan Yogyakarta. Guru saya menceritakan betapa berdedikasinya para guru pada anak-anak mereka.. Dengan gaji yang terbatas, gaji di bawah UMR.

Setiap ada yang membicarakan SLB, selalu teringat tentang salah satu kelompok anak luar biasa yang hari ini kurang dilayani di Indonesia. Anak-anak yang memiliki kecerdasan istimewa dan memiliki bakat istimewa. Basa-basi untuk pelayanan anak-anak ini biasanya dilakukan lewat program akselerasi.

Jika mengikuti beberapa informasi, hari ini hanya Prof. Yohanes Surya yang secara serius mencari anak-anak ber-IQ di atas 140 dan memiliki motivasi tinggi untuk dididik menjadi ilmuwan-ilmuwan bidang eksakta. Prof. Yohanes secara serius mencari bibit-bibit anak ini hingga ke Papua, mencarikan sponsor untuk pendidikannya, dan bahkan memikirkan kelanjutan pendidikan mereka di perguruan tinggi.

Kisah Indra Sjafri yang keluar masuk kampung mencari bibit-bibit pemain muda sepakbola juga menjadi hal yang sangat heroik, meski sayang anak-anak asuhannya berakhir kurang optimal.

Sekolah atlet Ragunan yang didirikan pemerintah di tahun 1977 yang pernah melahirkan Susi Susanti atau Yayuk Basuki juga sudah lama tidak terdengar kisah-kisah heroiknya.

 

Agak mengherankan juga, pemerintah, para pengambil kebijakan kita tidak pernah bersemangat mencari anak-anak luar biasa ini. Bayangkan keberanian pemerintah berinvestasi pada anak-anak ini akan menuai kegemilangan bagi bangsa ini. Fokuskan anggaran, berpuasa untuk yang tidak penting selama dua dekade mengurus anak-anak ini. Insya Allah dengan transparansi, masyarakat pasti akan membantu.

Anak-anak yang memiliki kecerdasan istimewa adalah anak-anak luar biasa yang kebutuhan khusus yang tidak sama dengan anak-anak biasa. Keengganan kita menemukenali dan memfasilitasi kebutuhan mereka pada akhirnya akan dimanfaatkan pihak lain. Semoga belum terlambat....

 

Bogor, 21 Oktober 2015

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline