Sabtu (5/9) saya berkesempatan menghadiri peresmian microlibrary di Taman Bima Bandung. Microlibrary dibangun kerjasama Shau, Dompet Dhuafa, dan Pemkot Bandung. Apa itu microlibrary dapat dilihat di http://news.detik.com/berita/3011049/unik-perpustakaan-di-bandung-dibuat-dari-2000-ember-bekas-es-krim
Di peresmian microlibrary, ada beberapa teladan yang bisa dilihat dari Ridwan Kamil (RK), walikota Bandung. Sebagai orang awam yang juga bukan orang Bandung, saya sempat penasaran mengenai popularitas Ridwan Kamil. Dan hari itu, saya melihat bagaimana alaminya Kang Emil sebagai seorang pemimpin.
1. Memahami – Mampu Jelaskan – Mampu Mengajak
Menjelaskan visi Bandung sebagai kota buku, dengan terang benderang RK jelaskan tahapan hari ini dan rencana ke depan. Penjelasan ini disertai kemampuan mengajak warga turut serta. Bahasa yang digunakan RK tidak berbelit. Di depan warga Kampung Arjuna, RK jelaskan dengan bahasa yang mudah dipahami, tidak sok berbahasa asing, tidak gunakan istilah-istilah sulit. Yang digunakan adalah bahasa sehari-hari yang dipahami warga.
Kesan serupa, saya dapatkan saat mendengarkan RK berbicara di Kongres Diaspora Indonesia 3 di Jakarta. Menjelaskan kota Bandung yang ingin menjadikan warganya bahagia dan berujung pada Bandung sebagai Smart City. Tidak perlu menjadi warga Bandung, namun pendengar pasti paham dan mau mengikuti. Saya mau menjadi warga yang bahagia, dimulai dengan memberikan senyum pada orang lain, saling menyapa, dan akan temukan hal baru setiap hari.
Ini bakat alami yang dimiliki RK, kemampuan menjelaskan visinya dan mengajak orang terlibat.
2. Merakyat
Tanpa protokoler, siapa pun bisa dekati RK. Melayani selfie warga dengan sabar, dan bersalaman dengan melihat lawan yang disalami. Bukan sekedar asal salaman seperti pada seorang fans.
Tidak terlihat pengawal yang menghalang-halangi, menyapu jalanan untuk lewat, atau sibuk membawakan map/tas di belakang sang walikota.
3. Menghargai Tim Kerja