Lihat ke Halaman Asli

Jawa Barat Kekurangan Beras?

Diperbarui: 20 Desember 2018   17:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Beras [foto dari https://www.pikiran-rakyat.com]

Tahun ini sepertinya Dewi Sri tidak berpihak pada provinsi Jawa Barat. Bahkan mungkin dewi kesuburan itu tidak hadir di bumi Pasundan. Karena diperkirakan, Jawa Barat akan mengalami defisit beras pada 2018 ini. Potensi itu didapat lewat rumus peningkatan luas lahan, turunnya produktivitas per hektare, dan naiknya konsumsi beras per orang.

Awal November 2018, Badan Pusat Statistik Jawa Barat merilis data luas panen dan produksi padi Jawa Barat tahun 2018 dengan perbaikan metodologi perhitungan data produksi beras dengan metode Kerangka Sampel Area atau KSA. BPS Jawa Barat melansir luas panen padi Jawa Barat periode Januari-September 2018 sebesar 1,433 juta hektare. Sementara dengan menghitung potensi panen hingga Desember 2018, luas panen Jawa Barat tahun 2018 mencapai 1,692 juta hektare.

Sumber: Tempo [Ini Sebab Perkiraan Produksi Beras Jawa Barat Defisit]

Dewi Sri [meme edit pribadi]

BPS Jawa Barat juga merilis produksi padi periode Januari-September 2018 sebesar 8,108 juta ton gabah kering giling. Dengan menyertakan potensi produksi hingga Desember 2018, maka total produksi padai Jawa Barat tahun 2018 diperkirakan menembus 9,539 juta ton gabah kering giling. Dengan angka konversi beras tahun 2018, maka produksi padi Jawa Barat tersebut setara 5,48 juta ton beras.

Defisit itu ditengarai membuat harga beras di Jawa Barat, bercokol pada puncak tertinggi acuan pemerintah. Misalnya harga beras medium di Jawa Barat berkisar Rp 10 ribu hingga Rp 11 ribu per kilogram. Pantauan Dinas Perindustrian Dan Perdagangan Jawa Barat di pasar tradisional di Kota Bandung mendapati harga beras medium bekisar Rp 10.500 hingga Rp 12 ribu per kilogram.

Meski menurut Bulog pasokan beras tetap aman sampai akhir tahun, prediksi defisit di Jawa Barat, berpotensi mengganggu stabilitas harga beras yang sudah tinggi itu. Terutama menjelang hari raya natal dan tahun baru nanti. Karena psikologis konsumen dan pedagang akan terpengaruh dan menggoda mereka untuk menumpuk stok beras sehingga berpotensi mengerek harga lebih tinggi lagi.

celoteh balita [meme edit pribadi]




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline