Lihat ke Halaman Asli

SRI MULYANI

Mahasiswa

Bangkrutnya Tupperware, Bagaimana Perspektif dan Peran Strategis Akuntansi Manajemen dalam Mitigasi Resiko

Diperbarui: 27 November 2024   23:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Tupperware, perusahaan asal Amerika Serikat yang memproduksi peralatan rumah tangga berbahan plastik, didirikan pada tahun 1946 oleh Earl Silas Tupper. Selama bertahun-tahun, Tupperware dikenal karena produk inovatifnya seperti botol dan wadah penyimpanan makanan. Perusahaan ini mengalami masa kejayaan pada tahun 1950-1960-an, ketika penjualannya meningkat pesat dan berhasil menembus pasar global. Pada tahun 2013, Indonesia bahkan menjadi pasar terbesar Tupperware, disusul oleh Jerman.

Tupperware terus berinovasi untuk mengembangkan produknya, namun pada agustus 2024 tupperware sempat tergoncang berita ketidakmampuannya menjalankan bisnis hal ini berbanding terbalik dengan waktu masa pendemi Covid-19 yang dimana penjualan dari tupperware meningkat tajam karen gemarnya kampanye makan makanan dari rumah. Hingga pada 17 september 2024 tupperware resmi mengajukan kebangkrutan ke Pengadilan Kepailitan AS untuk Distrik Delware. Lalu apakah penyebab kebangkrutan ini? Dan adakah kaitan dengan kinerja akuntansi manajemen internal perusahaan hingga tidak bisa membuat perusahaan tetap beroprasi?

Dari beberapa sumber yang telah dibaca terdapat beberapa penyebab kebangkrutan tupperware, menurut laporan Kompas penyebab tupperware bangkrut dikarenakan mengalami kerugian yang disebabkan penurunan penjualan dan permintaan pasar yang menurun. Selain itu terdapat juga beberapa penyebab yaitu lonjakan biaya tenaga kerja, pengiriman dan bahan baku juga menekan operasi bisnisnya. GRCIndonesia.com menjelaskan bahwa Tupperware kesulitan beradaptasi dengan perubahan pasar yang cepat. Ketidakmampuan untuk berinovasi dan merespons kebutuhan pelanggan menyebabkan perusahaan kehilangan daya saing. Dalam bisnis, adaptabilitas adalah kunci keberlanjutan.

Lalu bagaimana menyikapi penyebab kebangkrutan diatas? Mari kita lihat dari sisi akuntansi manajemen. Kegagalan Tupperware menunjukkan kurang optimalnya penerapan akuntansi manajemen. Sebagai alat strategis, akuntansi manajemen dapat membantu perusahaan menganalisis kebutuhan pasar dan mengantisipasi penurunan penjualan dengan analisis CVP (cost volume profit) yaitu anlisis dampak penurunan volume penjualan terhadap profitabilitas dan memberikan rekomendasi keputusan untuk diambil sebagai mitigasi resiko, peran manajemen pemasaran dalam hal ini juga sangat diperlukan dengan menganalisis kebutuhan pasar dan memberikan rekomendasi keputusan kepada manajemen yang terkait, dan akuntansi manajemen dapat berperan dengan analisis ramalah penjualan yang bisa di konversikan menjadi rencana penjuala yang dapat membantu manajemen dalam menerapkan strategi penjualan yang optimal, namun sayangnya akuntansi manajemen disini kurang diterapkan dengan baik.

Lonjakan biaya tenaga kerja, pengiriman, dan bahan baku dapat diantisipasi melalui berbagai strategi, salah satunya dengan menerapkan metode Activity-Based Costing (ABC). Metode ini memungkinkan perusahaan untuk mengalokasikan biaya secara lebih akurat berdasarkan sumber daya yang digunakan dalam setiap aktivitas produksi atau layanan. Dalam operasional perusahaan, setiap aktivitas memanfaatkan berbagai sumber daya seperti tenaga kerja, uang, dan mesin, yang secara langsung memengaruhi biaya produk. Dengan metode ABC, alokasi biaya menjadi lebih transparan dan relevan karena didasarkan pada aktivitas yang memberikan nilai nyata bagi proses produksi. Sayangnya, Tupperware tidak menerapkan metode ABC ini dan justru menggunakan metode berbasis unit yang kurang akurat. Pendekatan berbasis unit cenderung mengalokasikan biaya secara rata tanpa mempertimbangkan kompleksitas atau volume aktivitas, sehingga menghasilkan data biaya yang kurang mencerminkan kenyataan operasional. Akibatnya, perusahaan kehilangan peluang untuk mengidentifikasi efisiensi dan mengelola lonjakan biaya dengan tepat.

Kesulitan dalam beradaptasi terhadap perubahan pasar yang cepat dapat diatasi dengan manajemen inovasi. Menurut Kelly dan Kranzburg (1978), manajemen inovasi adalah perangkat yang memungkinkan organisasi merespons lingkungan eksternal maupun internal dengan memanfaatkan peluang dan usaha kreatif untuk mengenalkan gagasan, proses, atau produk baru. Inovasi ini dapat mencakup pengembangan produk atau layanan baru, peningkatan proses operasional, hingga pembaruan model bisnis agar lebih efisien. Tujuan utama manajemen inovasi adalah menciptakan inovasi yang relevan dan mengimplementasikannya ke dalam proses produksi, sehingga perusahaan dapat terus bersaing, berkembang, dan merespons perubahan lingkungan eksternal yang semakin dinamis. Salah satu langkah penting adalah melakukan analisis tren pasar secara berkala untuk memahami kebutuhan konsumen dan perubahan preferensi pasar. Namun, dalam kasus Tupperware, kurangnya penerapan manajemen inovasi menyebabkan perusahaan ini gagal bertahan di tengah kompetisi dan perkembangan produk-produk pesaing.

Dari pemaparan khasus ini dapat dijadikan pembalajaran dan peringatan kalau akuntansi manajemen sangat berperan krusial dalam mitigasi resiko kebangkrutan perusahaan. Akuntansi manajemen memberikan wawasan dan proyeksi terkait apa yang akan terjadi dan manajemen dapat mengambil keputusan dan trategi dengan cepat untuk menghindari kerugian. Di era yang serba cepat ini, kemampuan untuk membaca data, memprediksi tren, dan merespons perubahan pasar adalah kunci, dan pencapaian akuntansi manajemen harus dimainkan sebelumnya. Dengan ini diharapkan akuntansi manajemen dapat lebih dimainkan dalam pengambilan keputusan perusahaan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline