Lihat ke Halaman Asli

S.Melani AS

Mahasiswa

Apa yang Membuat Kiran Menjadi Pelacur? Sinopsis Novel Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur Karya Muhidin M. Dahlan

Diperbarui: 3 Juni 2024   18:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur (Wikipedia)

Apa yang membuat seorang wanita seperti Kiran memilih untuk menjadi pelacur? Apa yang terjadi ketika iman berubah menjadi kekecewaan yang menggebu? Dalam novel "Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur," karya Muhidin M. Dahlan menyajikan kisah yang provokatif, menggugah, dan penuh emosi, mengajak kamu merenungi batasan moral dan spiritual dengan cara yang belum pernah kamu bayangkan. berikut sinopsisnya!

"Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur" karya Muhidin M. Dahlan adalah sebuah novel yang mengguncang jiwa dan menggugah pikiran, menelusuri perjalanan spiritual seorang wanita muda bernama Nidah Kirani yang penuh liku dan konflik batin.

Nidah Kirani atau yang sering dipanggil Kiran, seorang mahasiswa yang menjejakkan kaki di Jogjakarta untuk menimba ilmu. Kiran bukanlah orang yang memiliki latar belakang agama yang taat, karena dia tidak masuk pesantren. Namun, pada saat memasuki bangku perkuliahan Kiran mondok di pesantren Ki Ageng.  Awalnya adalah sosok yang taat dan penuh harapan. Saat tinggal di pesantren Ki Ageng, ia bertemu Rahmi, seorang wanita yang taat beragama, yang membimbingnya dalam memahami Islam lebih dalam. Kehidupan Kiran yang sederhana dan religius berubah drastis ketika ia bertemu dengan kelompok Jemaah. Kelompok ini meyakini bahwa Islam harus ditegakkan melalui syariat dan negara Islam. Terpesona oleh semangat dan keyakinan kelompok tersebut, Kiran bergabung dengan mereka, berharap menemukan jalan yang benar.

Namun, kenyataan tidak seindah impian. Kelompok ini dicap sebagai ancaman oleh pemerintah, membuat anggotanya menjadi buronan, termasuk Kiran. Dalam pelariannya, Kiran mulai merasakan kekecewaan mendalam terhadap Islam dan perjuangan yang telah ia jalani. Seperti Hawa yang terusir dari surga, Kiran merasa semua pengorbanannya sia-sia dan Tuhan telah mengkhianatinya. Perasaan terabaikan oleh Tuhan memicu transformasi besar dalam dirinya, membuatnya meragukan semua yang dulu ia percayai.

Merasa hancur dan terabaikan, Kiran mulai mengejar kebebasan dengan cara yang ekstrem. Ia merokok, menggunakan obat-obatan, dan terlibat dalam pergaulan bebas, mencoba melarikan diri dari kekecewaan dan patah hati yang dirasakannya. Pertemuannya dengan Darul, seorang aktivis kampus dari kelompok kiri, membawa Kiran ke dalam hubungan cinta.  Hubungan cinta tersebut telah membawa Kiran ke dalam kehancuran yang sempurna. Kiran kehilangan kehormatannya. Mulai dari sana Kiran tidak lagi mempercayai yang namanya cinta. Mulai dari kehilangan agama, nalar, bahkan sekarang kehancurannya sudah lengkap Kiran pun mulai terlibat dengan berbagai pria terkemuka, dari aktivis, penyair sufi, hingga dosen, hanya untuk melampiaskan kekecewaannya.

Di tengah keterpurukan, Kiran menemukan kekuatan baru dalam dirinya. Ia menyadari bahwa pria-pria di sekitarnya sering kali lemah dan mudah terjebak dalam kesombongan bahkan setinggi apapun jabatan dan citranya di masyarakat. Kiran bersumpah untuk membalikkan keadaan, untuk meraih kekuasaan dan menaklukkan laki-laki yang selama ini menguasainya. Dengan seks sebagai senjata, Kiran berusaha mengeksplorasi batasan kuasa Tuhan atas tubuhnya, menantang konsep-konsep yang dulu ia pegang teguh.

Novel ini mengeksplorasi kebebasan individu, moralitas, dan hubungan kompleks antara manusia, agama, dan masyarakat. Dalam kekecewaannya terhadap Tuhan dan semua konsep cinta dan moralitas yang dulu ia yakini, Kiran memutuskan untuk menjadi pelacur. Keputusan ini bukan sekadar pelarian, melainkan simbol perlawanan Kiran terhadap Tuhan dan dunia yang dianggapnya penuh kemunafikan.

"Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur" adalah sebuah kisah yang provokatif, penuh emosi dan pemikiran mendalam, mengajak pembaca untuk melihat kehidupan dari sudut pandang yang berbeda, mempertanyakan batasan moral dan spiritual, serta menantang kepercayaan yang selama ini dianggap sakral yang selama ini dianggap sakral.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline