Lihat ke Halaman Asli

Sri Maulida

Lecturer and Researcher

“Pasar Tradisional Vs Pasar Modern”

Diperbarui: 17 Juni 2015   05:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

“Pasar Tradisional Vs Pasar Modern”

Oleh: Sri Maulida S.E.Sy*

 

 

PENDAHULUAN

Islam merupakan suatu agama yang memberikan tuntunan pada seluruh aspek kehidupan, baik hubungan manusia dengan Tuhan, atau manusia dengan sesama makhluk Tuhan. Inilah yang sering disebut dengan implementasi Islam secara kaffah, yaitu (a) ajaran Islam dilaksanakan secara keseluruhan dan (b) meliputi seluruh aspek kehidupan. Menjadikan Islam sebagai sistem kehidupan (way of life), bukan sekedar pedoman ritual antara manusia dengan Tuhan saja.[2]

Islam memposisikan kegiatan ekonomi sebagai salah satu aspek penting untuk mendapatkan kemuliaan (falah), dan karenanya kegiatan ekonomi seperti kegiatan lainnya perlu dituntun agar sesuai dengan ajaran Islam secara keseluruhan (kaffah).  Sistem ekonomi Islam adalah perekonomian dengan tiga sektor, yaitu sektor pasar, masyarakat dan negara. Islam menolak konsep pasar dalam bentuk persaingan bebas tanpa batas sehingga mengabaikan norma dan etika. Aktivitas pasar harus mencerminkan persaingan yang sehat, kejujuran, keterbukaan dan keadilan sehingga harga yang tercipta adalah harga yang adil.[3]

Harga terbentuk dari mekanisme pasar, dimana konsumen, produsen dan government dipertemukan dalam mekanisme pasar tersebut, baik pasar tenaga kerja, pasar barang ataupun pasar modal.[4] Dewasa ini, harga di pasar sangat bersaing sehingga konsumen akan lebih memilih harga yang lebih murah, membuat produsen berlomba-lomba memberikan harga terbaik terhadap barang yang mereka jual. Namun, seiring dengan berjalannya waktu konsumen tidak hanya memperhatikan faktor harga tetapi faktor kenyamanan dan kemudahan juga menjadi bahan pertimbangan untuk memilih pasar. Peluang ini dimanfaatkan oleh produsen mendirikan pasar modern, fenomena tersebut juga terjadi di Indonesia.

Pertumbuhan pasar modern di Indonesia saat ini menunjukkan angka yang cukup fantastis. Berbagai jenis pasar modern seperti supermarket, hypermarket maupun mal-mal perbelanjaan begitu menjamur. Jumlah hypermarket menunjukkan kenaikan secara signifikan dari tahun ke tahun. Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag menyebutkan bahwa saat ini jumlah pasar modern yang ada di seluruh Indonesia mencapai 23.000 unit toko yang terdiri dari 14.000 kelompok usaha minimarket dan 9.000 supermarket. Jumlah ini mengalami peningkatan sebesar 14 persen dalam tiga tahun terakhir.[5]

Peningkatan pasar modern dapat memberikan dampak buruk terhadap pasar tradisional bahkan bisa membuat penjual pasar tradisional “gulung tikar”. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Daniel Suryadarma, dkk (2007) bahwa supermarket memang memberi dampak negatif pada peritel tradisional. Terlebih lagi, temuan penelitian menunjukkan bukti bahwa pasar tradisional yang berada dekat dengan supermarket terkena dampak yang lebih buruk dibanding yang berada jauh dari supermarket.[6]

Karena permasalan tersebut penyusun tertarik untukk mengkaji bagaimana ekonomi Islam membahas tentang dampak pasar modern terhadap pasar tradisional secara islami. Apakah Islam mempunyai solusi terbaik terhadap fenomena tersebut?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline