Lihat ke Halaman Asli

Sri Maryati

Wiraswasta

Hantu Deflasi dan Posisi Simalakama Petani Champion

Diperbarui: 8 Oktober 2024   15:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aktivitas pasar tradisional Pulogadung, Jakarta Timur (KOMPAS/AGUS SUSANTO)

Presiden Joko Widodo di akhir masa pemerintahannya menyatakan bahwa kondisi deflasi maupun inflasi mesti dikendalikan dengan baik. Keseimbangan antara kedua kondisi ini penting untuk menjaga stabilitas harga agar produsen dan konsumen tidak dirugikan.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indonesia mengalami deflasi 0,12% pada September 2024. Ini adalah deflasi kelima berturut-turut selama 2024 dan menjadi yang terparah dalam lima tahun terakhir pemerintahan Presiden Joko Widodo.

Dalam sejarah deflasi yang terjadi pada September 2024 merupakan deflasi terdalam dibandingkan bulan yang sama dalam lima tahun terakhir, dengan tingkat deflasi sebesar 0,12% (month to month).

Dalam lima bulan terakhir, negeri ini mengalami deflasi secara berturut-turut, dalam arti harga kebutuhan pokok mengalami penurunan. Dampaknya sangat merugikan petani dan pedagang di seluruh Indonesia.Petani mengalami kerugian karena ongkos produksi tidak tertutupi, bahkan bisa jadi terjerat utang.

Salah satu contoh adalah deflasi pada komoditas cabai dan telur. Pada bulan September 2024 yang seharusnya berada di kisaran Rp 40.000, tetapi di pasar banyak yang dijual banting harga, hanya dengan harga Rp 15.000.

Untuk harga telur, jika standar seharusnya Rp 28.000, tetapi di pasar hanya Rp 24.000,-. Dan masih ada beberapa komoditas lain yang mengalami deflasi. Akibatnya petani, peternak dan pengrajin bisa bangkrut dan tercekik utang.

Tak bisa dipungkiri, deflasi disebabkan oleh turunnya daya beli masyarakat. Pemerintahan baru dibawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto harus segera mengatasi deflasi hingga ke akar-akarnya.

Pergerakan indeks harga konsumen secara bulanan mengalami deflasi 0,08 persen. Deflasi ini merupakan imbas tertekannya harga ditingkat produsen pangan, yaitu petani.

Kelompok pengeluaran bahan makanan menjadi komponen penyumbang deflasi bulanan terbesar. Di tingkat desa, pergerakan indeks Harga Konsumen (IHK) juga mengalami deflasi. Seiring dengan deflasi kelompok bahan makanan di tingkat konsumen, nilai tukar petani (NTP) menjadi turun.

Fenomena deflasi sangat ironis karena selama ini pemerintah mati-matian menekan inflasi akibat harga pangan, namun yang terjadi justru timbul deflasi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline