Lihat ke Halaman Asli

Sri Maryati

Wiraswasta

Pintu Kemakmuran Masyarakat Pesisir, Ayo Buka Lebar!

Diperbarui: 1 September 2024   09:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perempuan yang membudidayakan lobster ( sumber KOMPAS/WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO)

Daerah pesisir selama ini menjadi kantong kemiskinan yang abadi. Sungguh aneh, padahal sumber daya pesisir dan kelautan mestinya bisa mensejahterakan masyarakat pesisir. Kenapa pintu kemakmuran masyarakat belum juga terbuka lebar. Padahal perkembangan teknologi bisa menjadi kunci pembuka.

Perempuan di pesisir bisa menjadi pembuka pintu kesejahteraan. Para istri nelayan bisa melakukan budidaya perikanan, seperti lobster, udang dan sejenisnya.

Selama ini benih lobster banyak di ekspor keluar negeri, ke Vietnam dan negara tetangga lainnya. Mesti bayi lobster itu dibudidayakan sendiri di dalam negeri oleh perempuan pesisir dengan bantuan teknologi tepat guna seperti menggunakan teknik Nanobubble, teknologi rumah dan pakan lobster.

Teknologi Nanobubble bisa dimanfaatkan untuk berbagai bidang. Mesin nanobubble menjadi teknologi generasi modern yang mampu memproduksi gelembung udara berukuran 80-200 nm. Teknologi nanobubble mampu meningkatkan kandungan gas (oksigen, karbondioksida, nitrogen, dll) di dalam ekosistem perairan.

Kondisi ini membuat proses transfer gas dalam air menjadi sangat efektif. Kandungan oksigen tinggi yang dihasilkan mesin nanobubble dapat mensuplai kebutuhan oksigen hewan air sehingga lebih sehat dan tumbuh dengan cepat.

Dengan terpenuhinya kebutuhan oksigen terlarut dalam kolam budidaya, maka padat tebar udang dapat ditingkatkan hingga jumlah yang maksimal. Keunggulan teknologi nanobubble telah dirasakan sendiri oleh para pembudidaya udang, seperti udang di kolam budidaya menjadi lebih aktif, lebih segar, sehat, tingkat survival rate meningkat dan mengurangi kematian.

Saatnya perempuan pesisir diberi insentif peralatan dan pelatihan untuk budidaya lobster air tawar, terutama jenis Cherax quadricarinatus, Jenis ini telah menjadi pilihan menarik bagi petani ikan di Indonesia. Lobster ini tidak hanya diminati sebagai udang hias karena penampilannya yang menarik, tetapi juga sebagai udang konsumsi yang memiliki nilai jual tinggi.

Selama ini cara konvensional untuk pakan benih lobster adalah cacing sutra (Tubifex sp.) yang diberikan dua kali sehari.

Benih lobster yang diselundupkan ke luar negeri ( sumber KOMPAS/VINA OKTAVIA) 

Kegiatan budidaya lobster menimbulkan ironisme. Negara lain, seperti Vietnam justru meraup keuntungan besar dan menjadi pusat penghasil lobster terbesar di dunia. Padahal benihnya justru didatangkan dari Indonesia. Peraturan Menteri (Permen) Kelautan dan Perikanan Nomor 12 Tahun 2020 tentang Pengelolaan Lobster, Kepiting, dan Rajungan justru menjelma menjadi faktor yang mendegradasi tata kelola dan budidaya lobster. 

Karena permen tersebut ternyata justru menimbulkan praktik korupsi dan modus penyelundupan.Tata kelola perlu menjaga kelestarian ekosistem lobster di berbagai daerah. Tata kelola juga memerlukan aspek komunikasi yang berbentuk penyuluhan terpadu bagi para nelayan dan penangkap Benih Bening Lobster (BBL).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline